Setiap tahun, WHO mengakui pencapaian para individu atau organisasi di setiap 6 Kawasan WHO dalam bidang pengendalian tembakau.
Tahun ini, menjelang Hari Tanpa Tembakau Sedunia, WHO mempersembahkan 2 penghargaan untuk dua pemenang dari Indonesia:
- Penghargaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia WHO Kawasan Asia Tenggara (South-East Asia Region WHO World No Tobacco Day Award): Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah.
- Penghargaan Khusus Direktur Regional WHO (Regional Director’s Special Recognition Award): Bapak Fuad Baradja, Komisi Nasional (Komnas) Pengendalian Tembakau.
Para pemenang dan kontribusi mereka
PP Muhammadiyah
Organisasi Islam PP Muhammadiyah bergabung bersama kelima pemenang lainnya dari Kawasan WHO Asia Tenggara untuk menerima Penghargaan Hari Tanpa Tembakau Sedunia atas kontribusinya yang signifikan dalam kebijakan dan program pengendalian tembakau pada tingkat nasional.
Pada tahun 2010, Muhammadiyah mengeluarkan sebuah fatwa yang menetapkan rokok sebagai sesuatu yang haram atau dilarang bagi umat Muslim. Organisasi ini kemudian juga menambahkan rokok elektrik ke dalam fatwa tersebut pada tahun 2020, dan menegaskan bahwa rokok tersebut memiliki dampak yang sama berbahayanya seperti rokok biasa.Muhammadiyah berperan penting dalam percepatan program dan kebijakan pengendalian tembakau pada tingkat nasional.
Kredit: Muhammadiyah Steps, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta
Muhammadiyah terus memberikan dukungan dan komitmennya dalam program pengendalian tembakau di Indonesia, mulai dari memberikan dukungan untuk mempercepat amandemen Peraturan Pemerintah no. 109/2012, hingga memberikan bantuan kepada pemerintah kabupaten/kota dengan arahan strategis dan dukungan teknis dalam mengadopsi kebijakan pengendalian tembakau.
Fuad Baradja
Mantan aktor Indonesia ini pernah aktif merokok hingga lebih dari satu dekade, sampai akhirnya berhenti di tahun 1991 karena masalah kesehatan. Setelah mengalami sendiri manfaat berhenti merokok, pada tahun 1998 Bapak Fuad Baradja bergabung dengan Smoking Control Foundation, lembaga swadaya masyarakat (LSM) pertama di Indonesia dalam bidang pengendalian tembakau.
Dalam waktu satu tahun, ia mengunjungi 50 sekolah untuk mengajarkan anak-anak akan bahaya tembakau, sebagai bagian dari program edukasi LSM tersebut. Bapak Fuad Baradja memutuskan untuk meninggalkan karirnya di dunia hiburan dan fokus untuk mendukung kampanye berhenti merokok dengan cara mengunjungi berbagai kota dan kabupaten di Indonesia dan memberikan informasi akan dampak penggunaan tembakau kepada masyarakat.
Bapak Fuad Baradja telah membantu ratusan perokok di Indonesia berhenti merokok.
Kredit: Fuad Baradja
Ia kemudian bergabung dengan Komisi Nasional Pengendalian Tembakau sebagai penasihat untuk program pendidikan dan pemberdayaan. Ia juga membuka klinik Spiritual Emotional Freedom Technique (SEFT) dan ia telah membantu ratusan perokok untuk berhenti merokok. Bapak Fuad Baradja juga telah menulis dan menerbitkan tiga buah buku untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya tembakau dan industri tembakau. Ia juga memanfaatkan akun media sosialnya untuk terus memberikan informasi dan mendorong para perokok untuk berhenti merokok. Tak hanya itu, ia pun telah berbicara di berbagai seminar dan bersaksi dalam audiensi publik di hadapan kementerian dan anggota-anggota parlemen untuk mengadvokasi kebijakan pengendalian tembakau.