Hari Hak Asasi Manusia Sedunia 2021

Mendukung hak atas lingkungan yang sehat, mengatasi ketidaksetaraan

Pada bulan Oktober 2021, Dewan Hak Asasi Manusia (the Human Rights Council) mengesahkan sebuah resolusi yang mengakui hak atas lingkungan yang sehat, bersih, dan berkelanjutan sebagai hak asasi manusia. Pengakuan ini menjadi perkembangan yang signifikan, tidak hanya untuk perlindungan lingkungan, tetapi juga untuk kesehatan masyarakat di tengah keadaan perubahan iklim, ketidakamanan pangan, dan penyakit zoonosis seperti COVID-19.

Untuk melindungi kesehatan masyarakat, upaya terkoordinasi yang efisien dan tidak mendiskriminasi menuju pemenuhan hak asasi ini sangatlah penting. Di seluruh dunia, polusi udara menyebabkan 13 kematian per menit. Selain itu, 829.000 orang meninggal dunia akibat kurangnya air minum yang aman, sanitasi, dan kebersihan tangan. Antara tahun 2030 dan 2050, perubahan iklim diperkirakan akan menyebabkan sekitar 250.000 kematian tambahan per tahun akibat malnutrisi, malaria, diare, dan tekanan panas (heat stress).

Degradasi lingkungan dan perubahan iklim akan sangat berdampak pada populasi-populasi rentan seperti anak-anak, orang dengan disabilitas, perempuan, orang lanjut usia, dan anggota rumah tangga berpendapatan rendah. Selain itu, daerah-daerah dengan infrastruktur kesehatan yang lemah akan paling sulit bertahan.

Lingkungan yang sehat, bersih, dan berkelanjutan menjadi syarat untuk kesehatan dan kesejahteraan populasi-populasi rentan, terutama anak-anak. Namun, anak-anak memiliki kesempatan dan kapasitas yang terbatas untuk mempengaruhi pembuatan kebijakan, termasuk dalam masalah lingkungan. Sebagai bagian dari peringatan Hari Hak Asasi Manusia Sedunia, WHO mewawancarai anak-anak dari seluruh Indonesia untuk mendengar pendapat mereka tentang lingkungan yang mereka inginkan.


Lingkungan yang sehat di mata generasi masa depan





WHO mendukung kesehatan dan kesetaraan lingkungan

Dalam Conference of Parties ke-26 United Nations Framework Convention on Climate Change (COP 26) tahun ini, pemerintah Indonesia menyampaikan komitmennya untuk mengatasi perubahan iklim dan dampak-dampak kesehatannya: sistem kesehatan tahan iklim, sistem kesehatan berkelanjutan dan rendah karbon, dan pembiayaan kesehatan. WHO bekerja untuk mendukung pemerintah dalam merealisasikan komitmen ini serta menjalankan berbagai inisiatif untuk meningkatkan kesehatan lingkungan dan mengurangi ketidaksetaraan:



1. Penyusunan peta jalan nasional tentang kualitas udara di ruang publik

Sebagai bagian dari upaya melindungi anak-anak, peta jalan 2021 mencakup penilaian tentang polusi udara dan dampak kesehatannya pada anak-anak seperti pneumonia, gangguan perkembangan, dan infeksi saluran pernapasan akut. Selain itu, peta jalan ini juga mencakup strategi pemberdayaan kelompok rentan, dalam hal ini perempuan, untuk menjadi agen-agen perubahan dalam hal memperbaiki kualitas udara dalam ruangan, termasuk dengan meningkatkan kesadaran tentang cara memasak yang aman.

2. Penelitian tentang determinan-determinan kualitas udara dalam ruangan di tingkat komunitas

WHO mengamanatkan sebuah studi untuk mengumpulkan perspektif kelompok-kelompok rentan tentang kualitas udara dalam ruangan, termasuk rumah tangga di daerah kumuh dan daerah pedesaan dan perempuan yang suaminya merokok. Studi ini juga bertujuan untuk menyusun suatu strategi perilaku untuk meningkatkan kualitas udara dalam ruangan dan mempromosikan rumah yang sehat.

3. Penyusunan Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim Bidang Kesehatan

Untuk merespons dampak perubahan iklim yang semakin dirasakan dan membangun sistem kesehatan tahan iklim, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyusun Rencana Aksi Nasional Adaptasi Perubahan Iklim Bidang Kesehatan (RAN-APIK). Sebagai bagian dari implementasi rencana ini, WHO dan Kemenkes sedang merencanakan pemetaan kerentanan populasi-populasi tertentu dan risiko-risiko kesehatan akibat perubahan iklim.

4. Desa Sehat Iklim

Inisiatif Desa Sehat Iklim (Desa Desi) bertujuan untuk memberdayakan komunitas-komunitas untuk merespons perubahan iklim. Inisiatif ini meningkatkan kesadaran tentang perubahan iklim dan memungkinkan komunitas-komunitas untuk menentukan upaya adaptasi dan menyusun rencana aksi untuk mengatasi perubahan iklim. WHO mendukung penyusunan pedoman-pedoman yang berkenaan dengan kebutuhan-kebutuhan spesifik kelompok-kelompok rentan seperti perempuan, anak-anak, dan orang dengan disabilitas.

5. Peningkatan WASH di fasilitas pelayanan kesehatan

WHO mendukung Kemenkes dalam menyusun pedoman nasional dan peta jalan untuk air, sanitasi, dan higiene (WASH) di pusat-pusat kesehatan masyarakat (puskesmas). Kebijakan-kebijakan ini bertujuan untuk memastikan kualitas pelayanan, keselamatan pasien, dan akses layanan WASH untuk semua, termasuk kelompok-kelompok populasi rentan. Water and Sanitation for Health Facility Improvement Tool (WASH FIT) oleh WHO dan UNICEF digunakan sebagai panduan dalam upaya ini.