Meningkatkan ketangguhan masyarakat dalam menghadapi perubahan iklim


Perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrem mempengaruhi determinan sosial kesehatan, seperti ketersediaan makanan yang cukup dan bergizi, tempat tinggal yang aman, dan air minum yang aman untuk dikonsumsi. Kelompok rentan termasuk perempuan, anak-anak, orang tua, penyandang disabilitas, rumah tangga miskin, dan masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana serta daerah yang rentan terkena dampak perubahan iklim, sangat berisiko mengalami kondisi kesehatan yang merugikan, sebagai akibat dari perubahan iklim.

Sejak Indonesia menandatangani Perjanjian Paris pada 2016, inisiatif-inisiatif adaptasi perubahan iklim telah dikembangkan dengan fokus khusus untuk memastikan perlindungan dan pemberdayaan kelompok rentan yang kerap terkena dampak perubahan iklim secara tidak proporsional.

Berangkat dari hasil kerja tersebut, pada 2019, Kementerian Kesehatan dan WHO mengembangkan Rencana Aksi Nasional - Adaptasi Perubahan Iklim Bidang Kesehatan (RAN – APIK atau Health National Adaptation Plan-HNAP), di bawah kerangka hukum Peraturan Menteri No. 1018 Tahun 2011 tentang Strategi Adaptasi Sektor Kesehatan terhadap Dampak Perubahan Iklim. RAN -APIK mengintegrasikan risiko perubahan iklim ke dalam kebijakan dan program kesehatan dengan menitikberatkan pada penyakit-penyakit yang sensitif terhadap perubahan iklim (climate-sensitive diseases).

RAN – APIK sedang memasuki tahap finalisasi dan akan diterbitkan sebagai Peraturan Menteri Kesehatan. Untuk memastikan kelompok rentan menjadi prioritas, RAN - APIK memasukkan pemetaan risiko dan kerentanan berdasarkan variabilitas iklim, indikator kesehatan dan sosial ekonomi. Peta risiko dan kerentanan ini akan menjadi dasar bagi Kementerian Kesehatan dalam merancang intervensi kesehatan dan rencana kesiapsiagaan untuk situasi kedaruratan kesehatan, dengan dan untuk kelompok rentan. Di tingkat daerah, misalnya, adanya peta yang menunjukkan lokasi orang-orang yang rentan akan membantu pemerintah setempat dalam merencanakan evakuasi yang aman, serta persediaan air minum yang aman saat peristiwa bencana banjir berkepanjangan.

Tujuan utama RAN – APIK adalah untuk meningkatkan kapasitas nasional dalam membangun sistem kesehatan dan sektor kesehatan yang siap dan tangguh terhadap perubahan iklim. Hal ini mencakup memastikan kesiapan dan ketangguhan infrastruktur dan layanan, termasuk air, sanitasi, kebersihan, pengelolaan sampah, serta energi listrik di fasilitas layanan kesehatan dalam menghadapi perubahan iklim dan peristiwa cuaca ekstrem. Untuk mewujudkan hal ini, sektor kesehatan perlu bekerja sama dengan sektor-sektor lain seperti Dinas Pekerjaan Umum, perusahaan air minum dan listrik, serta lembaga penanganan bencana. 

 
Keterangan foto: Perempuan di Desa Ciamandela, Bogor sedang mendiskusikan risiko dan kerentanan serta pilihan adaptasi perubahan iklim di tingkat desa. Latihan ini merupakan bagian dari kegiatan Desa Desi atau ‘desa tahan iklim’ yang berfokus pada pendekatan partisipatif dalam menentukan adaptasi perubahan iklim di tingkat desa. Kredit foto: PIAREA

Selain RAN - APIK, Kementerian Kesehatan dan WHO juga telah menyusun pedoman tentang desa tahan iklim atau 'Desa Desi' atau disebut juga Desa Sehat Iklim.  'Desa-Desi' merupakan sebuah inisiatif mitigasi dan adaptasi perubahan iklim di bidang kesehatan yang dipimpin oleh sektor kesehatan di tingkat desa untuk merespons risiko yang dihadapi masyarakat dan rumah tangga akibat perubahan iklim. Pemahaman masyarakat tentang keterkaitan antara kerentanan, proyeksi iklim, dan potensi dampak di tingkat lokal perlu ditingkatkan, sehingga masyarakat dapat memilih aksi mitigasi dan adaptasi yang sesuai.

Inisiatif Desa Desi menggunakan pendekatan partisipatif yang mendorong masyarakat untuk mengajukan solusi lokal dan menentukan kegiatan adaptasi perubahan iklim yang relevan dengan konteks lokal. Misalnya, desa dengan sejarah kekeringan dapat mempertimbangkan untuk memasang teknologi hemat air seperti pemanenan air hujan atau menanam tanaman yang tidak membutuhkan terlalu banyak air agar desa dapat menghemat air. Contoh lainnya, desa yang sudah dinyatakan bebas malaria dapat menyusun rencana untuk meningkatkan surveilans pada bulan-bulan tertentu di mana terdapat peningkatan suhu atau kelembapan yang dapat menyebabkan nyamuk pembawa malaria berkembangbiak dengan pesat. 

Inisiatif Desa Desi juga mencakup langkah-langkah kesiapsiagaan dasar dalam menghadapi kedaruratan kesehatan yang terkait dengan iklim. Langkah-langkah kesiapsiagaan ini dapat berupa upaya untuk memastikan akses air bersih dan cadangan makanan serta memastikan adanya bidan dan petugas kesehatan masyarakat terlatih di daerah tersebut untuk dimobilisasi pada saat bencana. Desa Desi saat ini sedang dilaksanakan di lima provinsi percontohan. RAN-APIK dan Desa Desi merupakan contoh utama dari aksi nyata yang dilakukan pemerintah Indonesia untuk membangun ketahanan masyarakat dan penyedia layanan kesehatan terhadap dampak perubahan iklim.