Lembar Fakta Dengue dan Dengue Berat

Lembar Fakta Dengue dan Dengue Berat

WHO/Sebastian Oliel
Riset mengenai dengue dan nyamuk di laboratorium.
© Credits

Fakta-fakta utama

  • Dengue adalah infeksi virus pada manusia yang ditularkan melalui gigitan nyamuk pembawa virus.
  • Sekitar setengah penduduk dunia berisiko terinfeksi dengue, dan diperkirakan 100–400 juta infeksi terjadi setiap tahunnya.
  • Dengue ditemukan di daerah-daerah tropis dan subtropis di seluruh dunia, terutama di area perkotaan (urban) dan semi-urban.
  • Meskipun banyak infeksi dengue terjadi tanpa gejala atau hanya dengan gejala ringan, virus dengue terkadang dapat menyebabkan penyakit berat dan bahkan kematian.
  • Dengue dapat dicegah dan dikendalikan dengan pengendalian nyamuk. Tidak ada pengobatan spesifik untuk dengue/dengue berat, dan deteksi dini serta akses layanan kesehatan yang tepat dapat banyak menurunkan angka kematian akibat dengue berat.
  • Gambaran Umum

    Dengue adalah infeksi virus yang ditularkan dari nyamuk ke manusia. Penyakit ini banyak terjadi di daerah tropis dan subtropis.

    Sebagian besar orang yang terinfeksi dengue tidak mengalami gejala. Jika muncul gejala, gejala yang paling umum adalah demam tinggi, sakit kepala, nyeri otot, mual, dan ruam. Sebagian besar orang akan mulai membaik dalam waktu satu hingga dua minggu. Sebagian akan mengalami dengue berat dan membutuhkan perawatan di rumah sakit.

    Pada kasus-kasus berat, dengue dapat menimbulkan kematian.

    Anda dapat mengurangi risiko dengue dengan cara menghindari gigitan nyamuk, terutama pada pagi hari.

    Dengue ditangani dengan obat nyeri, karena saat ini belum ada pengobatan yang spesifik.

    Gejala

    Sebagian besar orang yang terserang dengue akan mengalami gejala ringan atau tidak mengalami gejala serta akan mulai membaik dalam waktu satu hingga dua minggu.

    Jika timbul gejala, gejala umumnya akan mulai timbul 4–10 hari setelah infeksi dan berlangsung selama dua hingga tujuh hari. Gejala dapat berupa:

    • sakit nyeri kepala berat;
    • nyeri di belakang mata;
    • nyeri otot dan sendi;
    • mual;
    • muntah;
    • pembengkakan kelenjar getah bening; dan
    • ruam.

    Orang yang pernah terinfeksi dengue sebelumnya lebih berisiko mengalami dengue berat.

    Gejala-gejala dengue berat sering kali muncul setelah demam mereda:

    • nyeri perut berat;
    • muntah-muntah;
    • napas pendek;
    • perdarahan di gusi atau hidung;
    • keletihan;
    • keresahan;
    • adanya darah pada muntahan atau tinja;
    • rasa haus berat;
    • kulit pucat dan dingin; dan
    • lemas.

    Orang yang mengalami gejala-gejala berat ini harus segera mencari pertolongan.

    Setelah membaik, orang yang terinfeksi dengue dapat merasa lelah selama beberapa minggu.

    Diagnosis dan Pengobatan

    Tidak ada pengobatan spesifik untuk dengue. Penanganan berfokus pada gejala-gejala nyeri. Sebagian besar kasus dengue dapat ditangani di rumah dengan obat antinyeri.

    Asetaminofen (parasetamol) seringkali digunakan untuk meredakan rasa sakit. Obat antiinflamasi nonsteroid seperti ibuprofen dan aspirin tidak dianjurkan karena meningkatkan risiko perdarahan.

    Orang yang mengalami dengue berat seringkali harus dirawat di rumah sakit.

    Beban Global

    Insidensi dengue telah meningkat drastis di seluruh dunia dalam beberapa dekade terakhir, dengan peningkatan laporan kasus yang diterima WHO dari 505.430 pada 2000 menjadi 5,2 juta pada 2019. Sebagian kasus merupakan kasus asimtomatik atau kasus ringan yang ditangani secara mandiri, sehingga jumlah kasus dengue sebenarnya lebih tinggi dibandingkan yang dilaporkan. Banyak kasus juga keliru didiagnosis sebagai penyakit demam lainnya(1).

    Beberapa faktor terkait peningkatan risiko penyebaran epidemi dengue meliputi perubahan distribusi vektor (terutama nyamuk Aedes aegypti dan Aedes albopictus), khususnya di negara-negara yang sebelumnya tidak mengalami dengue; konsekuensi fenomena El Niño pada 2023 dan perubahan iklim yang menimbulkan peningkatan suhu serta curah hujan dan kelembaban yang tinggi; sistem kesehatan yang rapuh di tengah pandemi COVID-19; dan ketidakstabilan politik dan keuangan di negara-negara yang menghadapi krisis kemanusiaan yang kompleks serta perpindahan penduduk yang tinggi.

    Sebuah studi pemodelan mengindikasikan 390 juta infeksi virus dengue per tahun, di mana 96 juta kasus menunjukkan gejala klinis (2). Studi lain tentang prevalensi dengue memperkirakan 3,9 miliar orang berisiko terinfeksi virus dengue (3).

    Penyakit ini sekarang endemik di 100 negara di Kawasan WHO Afrika, Amerika, Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Kawasan Amerika, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat merasakan dampak yang paling besar, dan Asia menanggung 70% beban penyakit ini secara global.

    Dengue terus menyebar ke daerah-daerah baru di kawasan Eropa, Mediterania Timur, dan Amerika Selatan.

    Jumlah kasus dengue terbesar dilaporkan pada tahun 2023. Kantor WHO Kawasan Amerika melaporkan 4,5 juta kasus, dengan 2.300 kematian. Sejumlah besar kasus dilaporkan di Asia: Bangladesh (321.000), Malaysia (111.400), Thailand (150.000), dan Vietnam (369.000).

    Penularan

    Penularan melalui gigitan nyamuk

    Virus dengue menular ke manusia melalui gigitan nyamuk betina, khususnya nyamuk Aedes aegypti, yang membawa virus ini. Spesies lain dari genus Aedes juga dapat menjadi pembawa virus (vektor), tetapi biasanya tidak sebanyak Aedes aegypti. Namun, pada 2023, lonjakan penularan dengue lokal di Eropa akibat Aedes albopictus (nyamuk macan/nyamuk hutan) teramati terjadi di Eropa.

    Setelah nyamuk menggigit seseorang yang telah terinfeksi dengue, virus dengue memperbanyak diri (replikasi) di usus tengah nyamuk sebelum menyebar ke jaringan-jaringan sekunder, termasuk kelenjar liur. Waktu yang dibutuhkan sejak virus terbawa oleh nyamuk hingga penularan ke inang baru disebut masa inkubasi ekstrinsik. Lama masa inkubasi ekstrinsik diperkirakan 8–12 hari di suhu lingkungan 25–28 °C. Perbedaan lama masa inkubasi ekstrinsik tidak hanya dipengaruhi suhu lingkungan; beberapa faktor seperti tingginya perubahan suhu harian, genotipe virus, dan jumlah virus yang terbawa pada awal masa ini juga dapat berpengaruh pada lama waktu seekor nyamuk menularkan virus ini. Begitu dapat menularkan virus ini, seekor nyamuk dapat menularkan virus ini sepanjang hidupnya.

    Penyebaran dari manusia ke nyamuk

    Nyamuk dapat menjadi terinfeksi dari orang yang membawa virus ini, seperti seseorang yang mengalami infeksi dengue disertai gejala, seseorang yang terinfeksi tetapi belum menunjukkan gejala (prasimtomatik), dan juga seseorang yang tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).

    Penularan dari manusia ke nyamuk dapat terjadi mulai dua hari sebelum seseorang mengalami gejala hingga dua hari setelah demam telah reda.

    Risiko infeksi pada nyamuk berkaitan dengan tingginya jumlah virus dan tingginya demam pada pasien. Sebaliknya, tingkat antibodi spesifik virus dengue (DENV) yang tinggi berkaitan dengan penurunan risiko infeksi nyamuk. Sebagian besar kasus mengidap virus ini selama empat hingga lima hari tetapi virus dapat juga menetap hingga 12 hari.

    Penularan dari ibu

    Moda penularan utama virus dengue dari manusia ke manusia melibatkan vektor nyamuk. Namun, terdapat bukti tentang kemungkinan penularan dari ibu (dari ibu hamil ke janin). Namun demikian, penularan vertikal ini tampaknya tidak banyak terjadi, dan risiko penularan vertikal tampaknya terkait dengan tahap kehamilan saat infeksi terjadi. Jika seorang ibu hamil mengalami infeksi dengue, janin dapat mengalami kelahiran prematur, berat badan lahir rendah, dan kekurangan oksigen (gawat janin).

    Mode penularan lainnya

    Sejumlah kecil kasus penularan melalui produk darah, donor organ, dan transfusi pernah dilaporkan. Begitu juga, penularan virus ini dari induk nyamuk ke telurnya (transovarial) juga pernah dilaporkan.

    Faktor Risiko

    Orang yang sudah pernah terinfeksi virus dengue lebih berisiko mengalami dengue berat.

    Urbanisasi (terutama jika tidak terencana) dikaitkan dengan penularan dengue melalui berbagai faktor sosial dan lingkungan: kepadatan penduduk, pergerakan penduduk, akses ke sumber air yang baik, praktik penyimpanan air, dll.

    Risiko dengue terhadap masyarakat juga bergantung pada pengetahuan, sikap, dan praktik populasi terkait dengue, karena paparan pada penyakit ini berkaitan erat dengan perilaku seperti penyimpanan air, bercocok tanam, dan perlindungan diri dari gigitan nyamuk. Kegiatan surveilans dan pengendalian nyamuk rutin yang melibatkan masyarakat dapat meningkatkan ketahanan komunitas.

    Nyamuk dapat beradaptasi dengan perubahan lingkungan dan iklim. Interaksi antara virus dengue, inang, dan lingkungan bersifat dinamis. Karena itu, risiko penyakit dapat berubah dan bergeser seiring dengan perubahan iklim di daerah tropis dan subtropis, bersamaan dengan meningkatnya urbanisasi dan perpindahan penduduk.

    Pencegahan dan Pengendalian

    Nyamuk penyebar dengue aktif pada siang hari.

    Turunkan risiko penularan dengue dengan melindungi diri dari gigitan nyamuk dengan menggunakan:

    • pakaian yang menutupi sebanyak mungkin bagian tubuh;
    • kelambu nyamuk, sebaiknya yang berinsektisida, jika tidur pada siang hari;
    • kasa jendela;
    • pengusir nyamuk (yang mengandung DEET, Picaridin, atau IR3535); dan
    • obat nyamuk bakar dan elektrik.

    Perkembangbiakan nyamuk dapat dicegah dengan:

    • menghalau nyamuk dari habitat bertelur dengan pengelolaan dan modifikasi lingkungan;
    • membuang limbah padat dengan tepat dan membersihkan habitat buatan manusia yang dapat menampung air;
    • menutup, mengosongkan, dan membersihkan wadah penyimpanan air dalam rumah tangga setiap minggu; dan
    • menggunakan insektisida yang sesuai untuk wadah penyimpanan air di luar ruangan.

    Jika Anda terkena dengue, Anda perlu:

    • beristirahat;
    • banyak minum;
    • menggunakan asetaminofen (parasetamol) untuk meredakan rasa nyeri;
    • menghindari obat anti-inflamasi nonsteroid, seperti ibuprofen dan aspirin; dan
    • memantau gejala berat dan menghubungi dokter sesegera mungkin jika timbul gejala.

    Sejauh ini, satu vaksin (QDenga) telah disetujui dan memperoleh izin di beberapa negara. Namun, vaksin ini hanya direkomendasikan untuk kelompok usia 6 hingga 16 tahun di daerah-daerah dengan penularan yang tinggi. Sejumlah vaksin lain sedang dikaji.

    Respons WHO

    WHO merespons dengue dengan cara-cara berikut:

    • Mendukung negara-negara dalam menetapkan wabah atau kejadian luar biasa (KLB) melalui jaringan kolaborasi laboratoriumnya;
    • Memberikan dukungan teknis dan panduan kepada negara-negara terkait penanganan KLB dengue yang efektif;
    • Mendukung negara-negara dalam meningkatkan sistem pelaporan dan mencatat beban penyakit sebenarnya;
    • Memberikan pelatihan tentang penanganan (tata laksana) klinis, diagnosis, dan pengendalian vektor di tingkat negara dan regional dengan sejumlah pusat kolaborasinya;
    • Merumuskan strategi-strategi dan kebijakan-kebijakan berbasis bukti;
    • Mendukung negara-negara dalam mengembangkan strategi pencegahan dan pengendalian dengue serta dalam mengadopsi Global Vector Control Response (2017–2030) dan Global Arbovirus Initiative (2022–2025);
    • Mengkaji dan merekomendasikan pengembangan alat-alat baru, termasuk produk insektisida dan teknologi penggunaannya;
    • Mengumpulkan data resmi dengue dan dengue berat dari lebih dari 100 Negara Anggota; dan
    • Menerbitkan panduan dan buku pedoman untuk surveilans, tata laksana kasus, diagnosis, serta pencegahan dan pengendalian dengue untuk Negara-Negara Anggota.

     

    Referensi

    1. Waggoner, J.J., et al., Viremia and Clinical Presentation in Nicaraguan Patients Infected Wi1. Waggoner, J.J., et al., Viremia and Clinical Presentation in Nicaraguan Patients Infected With Zika Virus, Chikungunya Virus, and Dengue Virus. Clinical Infectious Diseases, 2016. 63(12): p. 1584-1590.
    2. Bhatt, S., et al., The global distribution and burden of dengue. Nature, 2013. 496(7446): p. 504–507.
    3. Brady, O.J., et al., Refining the global spatial limits of dengue virus transmission by evidence-based consensus. PLOS Neglected Tropical Diseases, 2012. 6(8): p. e1760.