Keterangan foto: Praktik mandiri untuk menguji resistensi insektisida menggunakan metode botol bioassay CDC dalam pelatihan virtual tentang pemantauan resistensi insektisida untuk vektor malaria

 Kredit: WHO Indonesia 

Sebagai bagian dari program malaria untuk memperkuat sistem dan meningkatkan kapasitas, WHO mendukung Subdirektorat Pengendalian Vektor dan Binatang Pembawa Penyakit (BP2), Kementerian Kesehatan untuk mengadakan pelatihan virtual bagi entomolog kesehatan dari Badan/Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit (B/BTKLPP) dari berbagai daerah di Indonesia. Pelatihan ini bertujuan untuk membekali para entomolog kesehatan dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mengumpulkan nyamuk Anopheles dan melakukan uji bioassay di lapangan.

Pelatihan virtual diadakan pada tanggal 26-28 Agustus 2020, dihadiri oleh 45 entomolog kesehatan yang bekerja di B/BTKLPP dan Subdirektorat Pengendalian Vektor dan BP2. 45 entomolog tersebut merupakan bagian dari tim teknis yang akan mengimplementasikan pemantauan resistensi insektisida di Indonesia. Selama pelatihan, peserta berkesempatan untuk berinteraksi dan mendapat pengetahuan teknis dari para pelatih, yang merupakan para ahli dari Subdirektorat Pengendalian Vektor dan BP2, Kementerian Kesehatan, US Centers for Disease Control and Prevention (US CDC), dan WHO.

Keterangan foto: Umpan balik yang disampaikan pelatih kepada peserta pada saat praktik melapisi botol dengan insektisida

Kredit: WHO Indonesia 2020

WHO memastikan para peserta dapat melakukan praktik langsung, meski pelatihan diselenggarakan secara virtual. Peserta melakukan praktik di laboratorium untuk mempersiapkan cairan insektisida yang akan digunakan untuk menguji dengan dosis standar; melapisi botol; menguji kerentanan nyamuk di dalam botol yang sudah dilapisi insektisida; kemudian mencatat, menganalisis, dan melaporkan hasilnya. Para pelatih mempresentasikan materi dalam bentuk teori dan juga video, lalu peserta dari B/BTKLPP praktik di laboratorium masing-masing dan mendokumentasikan video praktik untuk diperiksa oleh para pelatih. Hal ini dilanjutkan dengan diskusi di antara para peserta berdasarkan praktik dan pengalaman lapangan yang sudah pernah mereka lakukan.

 Meskipun pelatihan virtual hanya berlangsung selama tiga hari, para peserta didorong untuk berkonsultasi dengan para pelatih melalui surel dan telepon terkait masalah yang mereka temui di lapangan selama melakukan pemantauan resistensi insektisida.

Pada saat penutupan, Kepala Subdirektorat Pengendalian Vektor dan BP2, Dr. Suwito, SKM, M.Kes mengatakan bahwa pelatihan tersebut merupakan pelatihan pertama di subdirektorat yang menerapkan praktik laboratorium. Beliau mengapresiasi para pelatih dan menyampaikan model pelatihan ini dapat menjadi contoh pelatihan pengendalian vektor dan surveilans di masa mendatang, untuk mendukung pembelajaran efektif dan transfer pengetahuan.