Dengan adanya perubahan kebijakan nasional, adalah penting untuk memperbarui pengetahuan dan keterampilan mengenai imunisasi agar dapat melaksanakan intervensi program secara efektif. Namun, saat ini tidak ada informasi terkini atau terstandarisasi, sehingga efektivitas program ini terhambat. Sulitnya mengakses materi yang ada menambah masalah. Maka, adanya seperangkat materi yang komprehensif akan membantu tenaga kesehatan dalam mencapai target mereka.
Pada tahun 2022, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bekerja sama dengan WHO melakukan evaluasi setelah pelatihan bagi pelatih imunisasi nasional yang diadakan pada tahun sebelumnya. Para peserta mengungkapkan tantangan mereka dalam memberikan pelatihan di kelas atau di tempat kerja di provinsi masing-masing ialah kurangnya alat bantu kerja yang terstandarisasi. Persoalan ini juga ditekankan dalam “Kajian Surveilans Gabungan EPI dan Penyakit yang Dapat Dicegah dengan Imunisasi Nasional/Internasional”. Kemenkes kemudian meminta bantuan WHO mengembangkan alat bantu kerja imunisasi dengan melibatkan para ahli dan praktisi kesehatan masyarakat. Tujuannya adalah mengoptimalkan tenaga imunisasi melalui pengetahuan terkini dan ringkas.

Tenaga kesehatan menjalani pelatihan untuk menggunakan alat bantu kerja di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan. Kredit: WHO/Yurniati
Sebagai tindak lanjutnya, Pemerintah Indonesia, WHO, Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI), Komisi Nasional Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (Komnas KIPI), CHAI, UNDP, UNICEF, dan asosiasi profesi berhasil mengembangkan sepuluh alat bantu kerja imunisasi yang tersedia dalam format cetak dan daring. Topik-topiknya dipilih dengan cermat, mencakup bidang-bidang penting seperti teknik multi-injeksi imunisasi yang aman, pelacakan orang yang mangkir dari imunisasi, manajemen imunisasi dan logistik, serta perencanaan mikro. Untuk memastikan efektivitasnya, alat bantu kerja tersebut melalui tahapan penyusunan, uji lapangan, finalisasi, dan diseminasi bekerja sama dengan berbagai pemangku kepentingan dan pakar.
Pada tahap persiapan dan penyusunan, WHO Indonesia memfasilitasi diskusi untuk membangun pemahaman bersama mengenai tujuan dan proses pengembangan alat bantu kerja tersebut. Penjajakan situasi terkini dari Puskesmas terpilih dilakukan untuk memberikan wawasan mengenai proses bisnis imunisasi saat ini. Berdasarkan pelingkupan dan penyelarasan dengan program imunisasi nasional, topik-topik tersebut dipilih. Selanjutnya, WHO Indonesia mengumpulkan bantuan kerja dari sumber daya global dan sampel dari negara lain untuk memperkaya materi.
Setelah pelingkupan dilakukan, PAEI melakukan finalisasi materi alat bantu kerja untuk uji lapangan. Uji lapangan mencakup beberapa kegiatan, seperti orientasi virtual dan tatap muka kepada Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Puskesmas, pendampingan teknis daring, implementasi, dan evaluasi. Dengan dukungan WHO, uji lapangan dilakukan di Makassar dan Bandung pada Februari hingga Maret 2023. Tenaga kesehatan menyampaikan pendapat positif, seperti desain yang interaktif dan bahasa mudah dipahami, serta masukan membangun tentang urutan topik maupun perlunya bimbingan dan simulasi. Masukan ini dipertimbangkan dengan cermat untuk menyempurnakan kejelasan konten agar mudah dipahami.
Kemudian, alat bantu kerja difinalisasi dan disebarluaskan ke lima provinsi terpilih: Sumatra Utara, Riau, Jawa Barat, Jawa Timur, dan Sulawesi Selatan. Kemenkes, WHO, dan PAEI memfasilitasi pertemuan tatap muka, yang mencakup permainan peran dan panduan untuk mengakses versi online di https://sites.google.com/view/panduanimunisasi/beranda. Penerapan alat bantu kerja yang efektif mencerminkan tindakan kolaboratif para pemangku kepentingan utama yang pada akhirnya memperkuat hasil imunisasi dan kemampuan tenaga kesehatan di Indonesia.

Dalam pelatihan tenaga kesehatan di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau, seorang fasilitator memandu sesi bermain peran agar peserta lebih memahami cara menggunakan alat bantu kerjanya. Kredit: Dinkes Indragiri Hilir/Tiara Noviandra
“Saya dapat dengan mudah mempelajari alat bantu kerja ini karena dapat diakses tiap waktu di mana pun melalui tautan di ponsel. Desainnya menarik karena dilengkapi gambar-gambar,” ujar Nur Sella, Petugas Imunisasi di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.
Maslan Wannahari, Kepala Seksi Surveilans dan Imunisasi Kabupaten Mandailing, Sumatra Utara, mengatakan, “Petugas imunisasi baru yang belum berpengalaman dalam imunisasi dapat menggunakan alat bantu kerja ini sebagai panduan.”
Penguatan kapasitas tenaga kesehatan sangat penting dalam meningkatkan hasil imunisasi. Dengan memanfaatkan alat bantu kerja, tenaga kesehatan dapat meningkatkan perencanaan dan pemberian layanan sehingga dapat mengurangi jumlah anak yang tidak menerima imunisasi. Peningkatan kualitas layanan imunisasi merupakan salah satu manfaat yang meningkatkan kepuasan orang tua dan pengasuh anak. Maka, piranti ini merupakan alat penting untuk menyukseskan program imunisasi, melindungi masyarakat dan populasi rentan.
Program imunisasi WHO Indonesia didukung oleh Pemerintah Australia melalui Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT).
Ditulis oleh Olivi Ondchintia Putilala Silalahi, NPO Routine Immunization, WHO Indonesia