Asia-Europe Foundation
WHO, Kementerian Kesehatan Indonesia, dan mitra kunci seperti Yayasan Asia-Eropa telah menyelesaikan serangkaian lokakarya untuk mengatasi AMR berdasarkan pendekatan berpusat pada orang dari WHO.
© Credits

WHO, mitra mendukung Indonesia menyusun rencana inovatif sektor kesehatan manusia untuk mengatasi AMR berdasarkan panduan baru WHO

7 March 2024
Highlights
Reading time:

Pada 29 Februari 2024 World Health Organization (WHO), Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes), dan mitra-mitra utama seperti Asia-Europe Foundation merampungkan serangkaian lokakarya yang bertujuan mengembangkan rencana aksi nasional, spesifik sektor kesehatan manusia,yang pertama di dunia yang ditujukan untuk mengatasi resistansi antimikroba berdasarkan pendekatan berbasis manusia dari WHO.

AMR terjadi saat bakteri, virus, jamur, dan parasit berubah seiring waktu dan tidak lagi bereaksi terhadap obat-obatan, sehingga membuat infeksi sulit diobati dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit, penyakit berat, dan kematian. Pada tahun 2019, diperkirakan terjadi 4,95 juta kematian di seluruh dunia akibat AMR bakteri, termasuk 1,27 juta kematian yang secara langsung disebabkan oleh AMR bakteri.

Indonesia menghadapi risiko AMR yang tinggi dan merupakan salah satu dari lima negara dengan proyeksi peningkatan konsumsi antimikroba terbesar secara persentase di seluruh dunia pada tahun 2030. Bank Dunia memperkirakan bahwa AMR dapat menambah beban biaya pelayanan kesehatan sebanyak US$ 1 triliun pada tahun 2050, khususnya di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah, termasuk Indonesia.

“Untuk mengatasi AMR, diperlukan pergeseran fokus kepada individu dan kebutuhan kesehatan mereka. Agar upaya kami menjadi efektif, kami membutuhkan pemahaman lebih luas tentang tantangan-tantangan sistem kesehatan secara keseluruhan di semua tingkat pelayanan,” kata dr. Yanti Herman, Direktur Mutu Pelayanan Kesehatan, Kemenkes Republik Indonesia. “Kerangka spesifik sektor dan berorientasi pada aksi yang menghargai pentingnya bekerja sama penting untuk memprioritaskan, menjalankan, dan memantau intervensi-intervensi AMR di sektor kesehatan manusia.”

Lokakarya-lokakarya yang didukung oleh WHO dan mitra, pada 29–30 Januari dan 26–29 Februari, diadakan untuk menerjemahkan paket inti 13 intervensi berbasis manusia yang baru dari WHO untuk mengatasi AMR sektor kesehatan manusia menjadi rencana aksi sektor kesehatan nasional spesifik Indonesia.

Lokakarya ini melibatkan peserta-peserta dari Kemenkes dan kementerian serta lembaga utama lain, Komite Pengendalian Resistensi Antimikroba, Badan Pengawas Obat dan Makanan, organisasi profesional, akademisi, organisasi masyarakat madani, penyintas pasien, serta mitra-mitra nasional maupun internasional.

Dalam lokakarya pada bulan Januari, para peserta tergabung dalam serangkaian diskusi tematik, dengan fokus mengidentifikasi prioritas dan tujuan spesifik konteks berdasarkan paket inti 13 intervensi WHO. Dalam lokakarya pada bulan Februari, para peserta mempertimbangkan cara terbaik memantau dan mengevaluasi kemajuan serta menyusun rencana implementasi terperinci dengan penganggaran lengkap.

“Sejak tahun 2017 Indonesia telah menjalankan rencana aksi multisektor nasional untuk mengatasi AMR, dengan kemajuan yang signifikan, khususnya dalam penguatan koordinasi multisektoral, kebijakan dan peraturan, peningkatan advokasi dan kesadaran, serta pengumpulan data dan bukti bermutu spesifik Indonesia,” kata Perwakilan WHO untuk Indonesia, dr. N. Paranietharan.

“Namun, di tingkat global, sangat dibutuhkan adanya tindakan lebih lanjut dalam sektor kesehatan, yang menempatkan pasien pada pusat tindakan, memprioritaskan kebutuhan dan nilai orang-orang, serta memastikan akses merata dalam perancangan dan pemberian pelayanan kesehatan. Indonesia merespons kebutuhan ini secara proaktif dan sedang berada dalam tahap-tahap final penyusunan rencana penanggulangan AMR sektor kesehatan manusia pertama di dunia yang berpusatkan manusia dengan penganggaran lengkap berdasarkan panduan WHO baru kami – suatu pencapaian yang luar biasa.”

Paket inti 13 intervensi WHO diluncurkan pada bulan Oktober 2023 dan menggunakan pendekatan berbasis manusia dalam menanggulangi AMR pada kesehatan manusia, yang menyoroti sangat pentingnya akses merata dan terjangkau pada layanan kesehatan berkualitas untuk pencegahan, diagnosis, dan pengobatan infeksi yang resistan terhadap obat, yang disebut “perjalanan AMR orang”. Paket ini melanjutkan 2015 Global Action Plan on AMR (Rencana Aksi Global AMR 2015) dan berkenaan langsung dengan tantangan-tantangan tingkat negara, seperti implementasi di fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau, yang sangat penting di Indonesia.

Setelah diluncurkan, rencana sektor kesehatan manusia Indonesia untuk mengatasi AMR akan diintegrasikan ke dalam agenda transformasi kesehatan nasional Indonesia, termasuk upaya penguatan pelayanan kesehatan primer dan membangun ketangguhan sistem kesehatan dan kesiapan kedaruratan dan kapasitas respons. Rencana aksi ini akan melengkapi aksi One Health yang ada untuk menanggulangi AMR pada antarmuka manusia, hewan, serta lingkungan dan juga akan menjadi pertimbangan dalam kajian dan pemutakhiran rencana aksi nasional AMR multisektor Indonesia, yang akan dijalankan tahun ini.

Dukungan keuangan diperoleh dari Asia-Europe Foundation, Kerajaan Arab Saudi, dan Fleming Fund Department of Health and Social Care Kerajaan Inggris dengan UK Aid.