Hari Rabies Sedunia 2021: Fakta bukan ketakutan, Menggandeng Komitmen Multi-sektoral untuk Pengendalian Rabies

10 October 2021
Highlights
Indonesia
Reading time:

Rabies adalah sebuah masalah kesehatan masyarakat yang muncul di lebih dari 150 negara dan wilayah dan diperkirakan menyebabkan 59 000 kematian setiap tahun di seluruh dunia. Setelah muncul gejala-gejala klinisnya, penyakit rabies menjadi fatal. Anjing menyebabkan 99% transmisi rabies ke manusia.

WHO mempresentasikan informasi terbaru tentang rabies dan komunikasi risiko yang efektif dalam sebuah webinar Hari Rabies Sedunia, pada tanggal 29 September 2021 (Kredit: Endang Wulandari/WHO).


Di Indonesia, rabies endemik di 26 dari 34 provinsi. Kedelapan provinsi bebas rabies adalah Kepulauan Riau, Kepulauan Bangka Belitung, DKI Jakarta, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Papua, dan Papua Barat. WHO, dengan kolaborasi FAO dan mitra-mitra lain, mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya pengendalian rabies. Dukungan ini mencakup penyusunan peta jalan nasionaleliminasi rabies 2030 dan pengembangan kapasitas pengendalian rabies seperti penilaian risiko bersama untuk penyakit-penyakit zoonosis, termasuk rabies, di 10 provinsi prioritas.

Dengan momentum Hari Rabies Sedunia pada tanggal 28 September 2021, WHO, FAO, dan para mitra mendukung pemerintah Indonesia dalam upaya advokasi pelibatan komitmen dan kolaborasi multi-sektor di semua tingkat untuk pengendalian rabies.
 
WHO mempresentasikan informasi terbaru tentang rabies dan komunikasi risiko yang efektif dalam sebuah webinar yang diadakan oleh pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan pada tanggal 29 September 2021. Webinar ini juga didukung oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Kementerian Pertanian (Kementan) dan mitra-mitra seperti FAO dan program Australia Indonesia Health Security Partnership. Dalam webinar ini, WHO mempresentasikan:
  1. informasi terbaru tentang penyakit rabies di seluruh dunia dan beban ekonominya;
  2. rencana strategis global untuk menghentikan kematian pada manusia akibat rabies melalui anjing pada tahun 2030 dengan tiga tujuan, yaitu (1) menggunakan secara efektif vaksin, obat-obatan, alat-alat, dan teknologi-teknologi yang dapat menghentikan transmisi rabies melalui anjing dan menurunkan risiko kematian manusia akibat rabies; (2) menghasilkan panduan berbasis bukti dan data berkualitas tinggi untuk mengukur dampak dan menjadi masukan keputusan-keputusan kebijakan; dan (3) memanfaatkan pelibatan berbagai pemangku kepentingan untuk mempertahankan komitmen dan sumber daya;
  3. informasi terbaru dan inovasi-inovasi untuk pengendalian rabies, termasuk vaksinasi anti-rabies intradermal yang menimbulkan respons kekebalan yang sama dengan  suntikan vaksinasi intramuskuler, yang berpotensi menghemat biaya; dan
  4. komunikasi risiko dan pelibatan masyarakat yang efektif di mana masyarakat menjadi pemeran kunci dalam pengendalian rabies.

Dalam webinar ini, Kemenkes mempresentasikan komunikasi risiko dengan pendekatan one health untuk pengendalian rabies, sedangkan Kementan menyampaikan presentasi tentang komitmen pemerintah terhadap eliminasi rabies di Indonesia pada tahun 2030. FAO menyampaikan presentasi tentang pemberdayaan masyarakat untuk pengendalian rabies.

Menyoroti surveilans terpadu untuk pengendalian penyakit-penyakit zoonosis, WHO dan FAO mendukung Kemenkes dan Kementan dalam menjalankan sebuah webinar pada tanggal 30 September 2021 tentang Sistem Informasi Zoonosis dan EID (SIZE). Webinar ini menunjukkan implementasi SIZE untuk pengendalian rabies di empat kabupaten: Bengkalis, Boyolali, Ketapang, dan Minahasa. SIZE adalah suatu sistem informasi surveilans kesehatan yang menghubungkan Sistem Kewaspadaan Dini dan Respons (SKDR) Kemenkes, Sistem Informasi Kesehatan Hewan Nasional (iSIKHNAS), dan Sistem Informasi Kesehatan Satwa Liar (SehatSatli). SIZE diharapkan dapat mendeteksi dini kemunculan penyakit pada populasi manusia dan populasi hewan. SIZE memfasilitasi suatu platform berbagi informasi untuk pengambilan keputusan berbasis bukti dalam merespons sinyal -sinyal  penyakit zoonosis. SIZE akan terus dikembangkan dengan kolaborasi Badan Riset dan Inovasi Nasional untuk menambahkan fitur pemetaan risiko. Implementasi SIZE di empat kabupaten menunjukkan perbaikan deteksi dan respons tepat waktu untuk rabies. SIZE menjadi alat yang efektif untuk mendeteksi dan mengendalikan penyakit melalui komunikasi, informasi, dan pembagian data untuk investigasi lapangan bersama dan respons yang efisien serta efektif terhadap rabies.

 

Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan mempresentasikan Sistem Informasi Zoonosis dan EID (SIZE) yang digunakan untuk rabies di empat lokasi uji coba dalam sebuah webinar pada tanggal 30 September 2021 (Kredit: Endang Wulandari/WHO).

Untuk mengantisipasi kekurangan serum anti-rabies, WHO mendukung Kemenkes dalam mengadakan 600 vial Human Rabies Imunoglobulin (HRIG)  untuk 21 daerah endemik rabies (Medan, Padang, Pekanbaru, Jambi, Palembang, Bengkulu, Banten, Bandung, Banjarmasin, Palangkaraya, Pontianak, Samarinda, Kalimantan Utara, Gorontalo, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku) dan juga untuk persediaan di Kemenkes.  

Pelibatan multi-sektor dan seluruh komponen masyarakat di bawah pendekatan one health di setiap tingkat adalah kunci keberhasilan pengendalian rabies menuju eliminasi rabies yang ditularkan melalui anjing.

Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kementerian Kesehatan mempresentasikan situasi rabies di Indonesia dalam sebuah webinar Hari Rabies Sedunia, 29 September 2021.

Direktur Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian mempresentasikan peta jalan nasional eliminasi rabies dengan pendekatan one health pada sebuah webinar Hari Rabies Sedunia, 29 September 2021.

Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan mempresentasikan pelajaran-pelajaran dari implementasi SIZE untuk deteksi dan pengendalian rabies dalam sebuah webinar, 30 September 2021.