Untuk membantu menjembatani kesenjangan-kesenjangan besar dalam bidang kesehatan di Indonesia, yang berasal dari faktor-faktor seperti ketimpangan ekonomi dan geografis, Indonesia memerlukan data kesehatan yang komprehensif. Sejak tahun 2007, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah mengumpulkan data-data ini melalui Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). Pada tahun 2019, Kemenkes memulai Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) pada anak-anak di bawah usia lima tahun serta determinan-determinan status gizi. Untuk memungkinkan pengumpulan dan analisis data yang lebih efektif dan efisien, Kemenkes menggabungkan Riskesdas dan SSGI menjadi Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023. Survei ini mengukur bidang-bidang utama kesehatan, seperti ketimpangan kesehatan, disparitas gizi, penyakit infeksius, dan penyakit tidak menular. Dengan mengumpulkan data yang komprehensif, survei ini membantu mengidentifikasi kesenjangan dan memfasilitasi intervensi terarah untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan keseluruhan penduduk Indonesia.
Petugas teknis provinsi belajar tentang metodologi Survei Kesehatan Indonesia dalam sesi pelatihan pelatih. Kredit: BKPK, Kemenkes/Nowo Setiyo Raharjo
Untuk memastikan keberhasilan SKI 2023, WHO mendukung BKPK dalam bentuk pemberian umpan balik dan rekomendasi tentang kuesioner survei. WHO membantu BKPK mengadakan lokakarya pelatihan, termasuk pelatihan pelatih (training of trainers) untuk petugas teknis provinsi. Lokakarya-lokakarya ini bertujuan memperlengkapi petugas teknis provinsi serta peserta lain dengan keterampilan dan pengetahuan yang memungkinkan pelaksanaan survei yang efektif.
Peserta pelatihan pelatih mengikuti pelatihan di lapangan dan memperoleh
pengalaman langsung. Kredit: BKPK, Kemenkes/Nowo Setiyo Raharjo
Program pelatihan ini meliputi sesi pelatihan daring dan tatap muka. Sesi daring diadakan pada bulan Juli 2023, dengan diikuti 47 petugas teknis provinsi dari ke-38 provinsi. Peserta memperoleh pemahaman tentang instrumen survei, teknik-teknik wawancara efektif, prosedur penggunaan kuesioner, dan pertimbangan-pertimbangan etis. Pelatihan tatap muka dihadiri oleh 356 peserta. Pelatihan ini berfokus pada aspek-aspek praktis seperti pengambilan data di lapangan, prosedur-prosedur biomedis, dan pengelolaan data secara efisien. Para peserta berlatih mengisi kuesioner, mengikuti uji lapangan, dan dipandu terkait ketepatan dan keakuratan pengukuran.
Setelah pelatihan pelatih untuk petugas teknis provinsi, sesi-sesi pelatihan serupa diadakan untuk petugas teknis kabupaten/kota dan petugas pengumpulan data lapangan. SKI 2023 mengumpulkan data pada bulan Agustus hingga Oktober 2023, dan analisis data sedang berlangsung saat ini. Hasil SKI 2023 akan diterbitkan pada tahun 2024, yang merupakan suatu langkah signifikan menuju pembuatan kebijakan yang efektif dan berbasis bukti.