Jutaan orang melakukan perjalanan ke Mekkah setiap tahun untuk menunaikan ibadah haji. Tahun ini, sekitar dua juta orang diperkirakan berkumpul di Mekkah untuk menunaikan ibadah haji, jumlah jamaah haji tahun ini meningkat signifikan ketimbang jumlah jemaah yang sangat terbatas pada tahun-tahun sebelumnya akibat pandemi. Di antara dua juta jemaah tersebut, lebih dari 200.000 orang berasal dari Indonesia. Dengan banyaknya orang yang melakukan aktivitas fisik intens di dalam ruang tertutup, ibadah ini menimbulkan berbagai risiko kesehatan. Kelelahan, dehidrasi, kondisi kesehatan yang ada, serta penyakit menular seperti COVID-19 dan MERS-CoV adalah masalah kesehatan yang umum ditemui selama haji.
Selain itu, sekitar 40% jemaah haji Indonesia adalah lansia, yang rentan mengalami kondisi kesehatan terkait penuaan. Ada pula jamaah penyandang disabilitas yang membutuhkan pendampingan selama menjalankan ibadah haji. Menyadari banyaknya jumlah jemaah, Pemerintah Indonesia berinisiatif melakukan sosialisasi di sejumlah kabupaten/kota untuk menjaga kesehatan warganya dalam perjalanan suci tersebut.
Pada April-Mei 2023, WHO bekerja sama dengan Pusat Kesehatan Haji Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengadakan sosialisasi untuk 600 orang anggota jemaah haji di lima kabupaten/kota prioritas: Cirebon, Bantul, Pekanbaru, Pacitan, dan Kudus. Sesi-sesi tersebut mencakup topik-topik penting seperti pemeriksaan kesehatan, pembinaan, vaksinasi, dan orientasi tentang protokol kesehatan.
Tenaga kesehatan memberikan pembinaan dan rekomendasi sesuai kebutuhan jemaah haji, memberdayakan mereka untuk memprioritaskan kesehatan dan berolahraga. Kredit: WHO/Endang Wulandari
Untuk meningkatkan pemahaman jemaah tentang langkah-langkah pencegahan infeksi, para pembicara berbagi wawasan tentang menjaga kesehatan sebelum keberangkatan, selama haji, dan setelah kembali ke Indonesia. Sebuah video menarik tentang kesehatan jemaah haji, yang diproduksi bersama oleh Kemenkes dan WHO pada 2020, diputar untuk memperkenalkan berbagai konsep kesehatan.
Pertemuan sosialisasi ini tidak berhenti pada memberikan pengetahuan mengenai kesehatan saja; pembicara juga menekankan pentingnya kesetaraan gender selama haji. Perempuan dan laki-laki berbagi hak yang sama dan berhak atas dukungan setara selama perjalanan haji mereka. Sejumlah inisiatif digagas untuk memastikan keamanan perempuan dan mengatasi masalah mereka. Petugas keamanan perempuan hadir, memastikan kesejahteraan para jamaah haji perempuan dan opsi transportasi khusus perempuan tersedia untuk mengakomodasi kebutuhan mereka.
dr. Probo Suseno, salah satu narasumber sosialisasi, menyoroti pentingnya kesetaraan gender dalam komunitas Muslim dan selama haji. Kredit: WHO/Endang Wulandari
“Inisiatif ini sangat bermanfaat untuk menjamin kesehatan jemaah haji yang prima. Ini akan meningkatkan kesehatan haji dan mencegah penularan penyakit menular di antara jemaah,” kata Imran Cahyono dari Pusat Kesehatan Haji.
Karena jemaah diberdayakan dengan pengetahuan dan promosi perilaku sehat, risiko komplikasi kesehatan selama haji berkurang secara signifikan. Ini bukan hanya tentang kesehatan individu; kegiatan sosialisasi ini juga akan membantu menjaga seluruh komunitas jemaah haji dan mencegah penularan penyakit menular.
Kegiatan percontohan yang sukses ini menunjukkan potensinya untuk menjadi bagian integral dari program reguler, termasuk pemeriksaan kesehatan dan pemberdayaan masyarakat bagi jemaah haji. WHO terus berkomitmen mendukung Indonesia dalam memastikan upaya berkelanjutan untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan semua orang yang memulai perjalanan suci ini.
Pertemuan sosialisasi juga memperhatikan jemaah haji penyandang disabilitas, memastikan mereka memiliki kesempatan berpartisipasi penuh dalam haji. Kredit: WHO/Endang Wulandari
Inisiatif ini mendapat dukungan besar dari Pemerintah Amerika Serikat.
Ditulis oleh Endang Wulandari, National Professional Officer (Epidemiologist), WHO Indonesia.