
World Health Organization merilis dua laporan penting untuk membantu negara-negara di seluruh dunia – termasuk Indonesia – mengakhiri epidemi HIV, hepatitis virus, dan infeksi menular seksual (IMS), sesuai dengan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 3.3.
Publikasi pertama – “Medicines for HIV, viral hepatitis and STIs in low- and middle-income countries: forecasts of global demand for 2022–2026” – memberikan perkiraan kebutuhan obat global di tiga bidang penyakit, mengakui manfaat dari tindakan terkoordinasi serta perlunya negara-negara memastikan akses obat yang bermutu, aman, dan terjangkau bagi semua orang. Hal ini sangat penting di Indonesia, di mana pada tahun 2022, hanya 33% orang terdiagnosis HIV yang menerima pengobatan antiretroviral. Berdasarkan data terakhir, angka ini diperkirakan akan meningkat menjadi sekitar 44% pada tahun 2023. Dalam hal hepatitis, data terbaru menunjukkan lebih dari 7% populasi positif antigen permukaan virus hepatitis (hepatitis B surface antigen atau HBsAg) dan sekitar 1% positif antibodi hepatitis C.
Publikasi kedua – “HIV and viral hepatitis diagnostic tests in low- and middle-income countries: forecasts of global and regional demand for 2022–2026” – melengkapi publikasi pertama dan memaparkan temuan-temuan tentang kebutuhan global untuk tes CD4, tes beban virus (viral load), tes diagnostik pada bayi, dan tes diagnostik cepat untuk HIV serta hepatitis virus B dan C, yang merupakan penyebab utama di tingkat global untuk sirosis hati, kanker hati, dan kematian terkait hepatitis virus. Di Indonesia, perkiraan-perkiraan ini akan mendukung penerapan tes ganda HIV dan sifilis dalam perawatan antenatal, yang diperkirakan akan banyak meningkatkan kebutuhan penisilin G benzatin.
Kedua dokumen ini dapat diunduh melalui tautan berikut: