Pos Lintas Batas (PLB) seperti Motaain di Nusa Tenggara Timur, Indonesia, dan Batugade di Timor Leste adalah lokasi lalu lintas orang dan barang dari kedua negara. PLB dapat menjadi titik rawan ancaman kesehatan masyarakat seperti penyakit infeksi baru (Emerging Infectious Diseases/EIDs), sehingga memastikan keselamatan dan kesehatan para pelintas batas di pintu masuk negara (Point of Entry/PoE) tersebut sangatlah penting.
Dengan adanya pandemi COVID-19 belum lama ini, kita telah belajar pentingnya menjaga perbatasan agar aman dari ancaman kesehatan. Artinya, kita memerlukan kerja sama antarnegara yang kuat untuk mempersiapkan dan merespons penyakit berbahaya. Kesiapsiagaan kesehatan masyarakat dan kapasitas respons pada PoE juga merupakan bagian dari kapasitas inti Peraturan Kesehatan Internasional (International Health Regulation/IHR), yang mengacu pada kemampuan dan sumber daya penting yang harus dimiliki suatu negara untuk mencegah, mendeteksi, dan merespons kejadian kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional.
WHO bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan di Indonesia dan Timor Leste melakukan penilaian dan peningkatan kesiapsiagaan kesehatan masyarakat dan kapasitas respons di lintas batas Motaain dan Batugade. Ini merupakan upaya pertama di wilayah WHO di Asia Tenggara. Pertemuan ini melibatkan peserta dari Indonesia dan Timor-Leste, serta pengamat dari India, Nepal, dan mitra internasional.

Asesmen Kesiapsiagaan Kesehatan Masyarakat dan Kapasitas Respons di Lintas Batas, 29 Agustus-1 September 2023. Kredit: Kemenkes/Indra Lalu
Inisiatif ini berlangsung pada 29 Agustus-1 September 2023 dan menggunakan alat penilaian kapasitas PoE WHO. Penilaian bersama ini mengidentifikasi kekuatan dan tantangan, dengan fokus pada kebutuhan dan sumber daya kesehatan masyarakat, bahaya dan kerentanan, serta mekanisme koordinasi untuk mendeteksi dan merespons ancaman kesehatan. Latihan ini melibatkan berbagai kegiatan, mulai dari memantau virus baru di PoE hingga mengumpulkan sampel, melakukan investigasi lapangan, menilai risiko, melaporkan temuan, dan mengoordinasikan upaya di seluruh bidang. Hal ini mencakup kerja sama dengan sektor kesehatan hewan dan otoritas perbatasan, serta kerja sama erat dengan negara-negara tetangga untuk kegiatan seperti pelacakan kontak internasional.
“Kegiatan bersama ini meningkatkan koordinasi dan kolaborasi antara PoE di Indonesia dan Timor-Leste untuk memperkuat kapasitas di lintas batas darat dari ancaman kesehatan. Ini membantu kita memahami kapasitas PoE dan mekanisme koordinasi, serta mengatasi kebutuhan kesehatan masyarakat dan sumber daya,” kata dr. Agustinus Taolin, Bupati Belu, Indonesia, pada sesi pembukaan.
Sementara itu, Dr. Odete de Silva Viegas, Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan di Timor-Leste, mengatakan, “Penilaian ini akan menciptakan sistem yang tangguh dan mampu mengelola krisis kesehatan secara efektif. Komitmen kami untuk memperkuat perlintasan darat menunjukkan dedikasi kami terhadap kesejahteraan komunitas dan populasi global.”

Penilaian di Pos Lintas Batas Motaain, 29 Agustus 2023. Kredit: PLB Motaain/Dominggos Lenda
Penilaian tersebut menunjukkan risiko kesehatan prioritas di Motaain mencakup Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus, COVID-19, rabies, dengue, dan malaria. PLB Motaain memiliki kelengkapan memadai untuk memberikan perawatan medis, transportasi bagi pelintas batas yang sakit, memeriksa kendaraan, memastikan lingkungan yang aman, dan menjalankan program pengendalian vektor. PLB juga siap untuk keadaan darurat kesehatan masyarakat yang menjadi perhatian internasional, lengkap dengan rencana kedaruratan/rencana kontijensi dan langkah-langkah untuk mendisinfeksi bagasi dan kargo. Namun tantangannya adalah terbatasnya sumber daya manusia dan pemantauan wisatawan yang melintasi perbatasan melalui lintas batas tidak resmi.

Pos Komando Operasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (Public Health Emergency Operation Center/PHEOC) Indonesia turut serta dalam latihan bersama terkait pintu masuk, 31 Agustus-1 September 2023. Kredit: Kemenkes/Mela
Pada akhir kegiatan, para peserta berkomitmen secara kolektif memperkuat kesiapsiagaan kesehatan di perlintasan darat, yang mencakup penetapan titik fokus, berbagi data tentang potensi bahaya, serta terlibat dalam pertemuan rutin dan inisiatif kolaboratif. Pembahasan penting ini akan dilanjutkan pada pertemuan tingkat tinggi yang melibatkan Indonesia dan Timor-Leste.
Kegiatan bersama ini merupakan langkah besar ke arah yang tepat. Acara ini mempertemukan negara-negara untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan, bekerja sama menjaga komunitas mereka maupun dunia aman dari ancaman kesehatan. Upaya ini menjadi contoh bagi PoE lainnya di india dan negara-negara anggota WHO di Kawasan Asia Tenggara, seperti India dan Nepal. Dengan melakukan kegiatan ini secara rutin, kita dapat mengurangi risiko keadaan darurat kesehatan masyarakat.
Kegiatan ini mendapat dukungan dari Pemerintah Jerman.
Ditulis oleh Endang Wulandari, National Professional Officer (Epidemiologist), WHO Indonesia