Indonesia telah membuat kemajuan besar dalam memerangi malaria. Daerah malaria semakin sempit dan menjadi lebih terlokalisir. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI berkomitmen menghilangkan penularan malaria secara nasional pada 2030, dengan menerapkan strategi subnasional komprehensif yang mencakup kabupaten, kota, provinsi, hingga pulau-pulau di wilayah tersebut. Melalui upaya tersebut, wilayah Jawa-Bali diharapkan dapat terverifikasi pada tahun 2023 setelah seluruh kabupaten berhasil memutus penularan malaria. Di Pulau Jawa, terdapat tujuh (5%) dari 128 kabupaten yang memiliki endemik malaria rendah dan ditargetkan mencapai eliminasi malaria paling lambat pada awal 2022. Meskipun terdapat kemajuan yang signifikan di wilayah Jawa-Bali, satu kabupaten terakhir, yakni Kabupaten Purworejo, masih berjuang melawan penularan malaria. setelah terjadi wabah pada masa pandemi COVID-19 pada 2021.
WHO dan Program Pengendalian Malaria Nasional (PPMN) Indonesia meluncurkan intervensi komprehensif sejak November 2018 untuk mempercepat eliminasi malaria di seluruh wilayah Jawa-Bali. Pakar teknis WHO mulai berkolaborasi dengan PPMN dan mitranya untuk menyesuaikan rencana kerja, memantau kemajuan menggunakan tolok ukur eliminasi malaria yang spesifik, dan melakukan sesi pelatihan komprehensif yang berfokus pada kabupaten dengan transmisi malaria yang sedang berlangsung, termasuk Pandeglang dan Lebak di Banten; Sukabumi, Pangandaran, Tasikmalaya, dan Garut di Jawa Barat; Purworejo dan Banjarnegara di Jawa Tengah; serta Kulon Progo di Yogyakarta. Sejak saat itu, hampir seribu petugas kesehatan dari Dinas Kesehatan provinsi dan kabupaten serta dari Puskesmas di seluruh kabupaten tersebut meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mereka di berbagai bidang, termasuk sistem informasi, mobilisasi masyarakat dan administrasi program serta pengendalian malaria. Tim juga memfasilitasi pertemuan dengan pemangku kepentingan lokal, seperti pimpinan daerah, badan perencanaan, dan perusahaan swasta untuk mengadvokasi komitmen dan dukungan dengan menggunakan sumber daya lokal. Sebagai hasil dari dukungan langsung WHO, dua provinsi, DKI Jakarta dan DI Yogyakarta meningkatkan alokasi anggaran tahun 2023. Selain itu, petugas kesehatan yang terlatih memiliki kemampuan lebih baik untuk mencegah dan mengendalikan kasus malaria, sementara sistem kesehatan setempat diperkuat untuk mempertahankan peningkatan ini.
Koordinator lapangan dari PUI NOVAKESMAS memeriksa stok alat uji laboratorium di Puskesmas Legokjawa, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat. (PUI NOVAKESMAS)
Namun, pandemi COVID-19 berdampak signifikan terhadap kemajuan yang dicapai di Pulau Jawa dan Bali. Pandemi ini mengubah sumber daya dan mengalihkan perhatian, sehingga menyebabkan gangguan besar terhadap layanan kesehatan dan sistem surveilans, termasuk malaria. Meskipun berhasil mempertahankan rekor tanpa kasus malaria selama 32 bulan berturut-turut, Kabupaten Purworejo di Jawa Tengah mengalami peningkatan kasus malaria. Pada Juni 2021, Purworejo melaporkan kasus malaria lokal pertama di fasilitas kesehatan, diikuti dengan terdeteksinya 69 kasus lainnya di masyarakat dalam upaya pencarian dan identifikasi kasus di daerah tersebut. Penyebaran kasus malaria terus berlanjut, dengan total 534 kasus lokal di yang dilaporkan pada 2021 seiring dengan perluasan aktivitas penemuan kasus oleh pemerintah daerah. Rencana penilaian eliminasi harus ditunda.
Menanggapi hal tersebut, WHO bekerja sama dengan PUI NOVAKESMAS, pusat penelitian kesehatan masyarakat di Fakultas Politeknik Kesehatan Yogyakarta, meningkatkan dukungan untuk membendung wabah di kabupaten ini. Tim ini memberikan panduan dan bantuan pada upaya tanggap wabah di Dinas Kesehatan Kabupaten Purworejo, termasuk memetakan wilayah rentan, melakukan surveilans entomologi, dan menerapkan langkah-langkah untuk mengendalikan nyamuk pembawa penyakit. Antara lain, kelambu insektisida, penyemprotan residu di dalam ruangan, dan bekerja sama dengan pekerja malaria di desa untuk menemukan kasus baru di masyarakat. WHO juga membimbing pihak berwenang setempat selama kegiatan pencarian kasus aktif dan memfasilitasi kolaborasi di antara banyak pemangku kepentingan dan komunitas lokal, termasuk kantor pemerintah, fasilitas kesehatan, polisi, perusahaan, dan banyak lagi. Selain itu, PUI NOVAKESMAS memperluas pembinaannya ke kabupaten-kabupaten yang sebelumnya telah mengeliminasi malaria, mempersiapkan mereka melakukan penilaian eliminasi di tingkat provinsi dan verifikasi regional. Analisis data awal dan akhir menunjukkan peningkatan skor signifikan di lima provinsi. Hingga Juni 2023, wilayah kepulauan Jawa-Bali telah mencapai keberhasilan luar biasa dalam memutus penularan malaria di hampir seluruh kabupaten dan kota. Jumlah tersebut mencakup 127 dari 128 kabupaten (99%) dan lima dari tujuh provinsi yang semuanya telah menerima sertifikat eliminasi malaria pada peringatan Hari Malaria Sedunia tahun 2023. Provinsi tersebut adalah Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Bali.
Provinsi Jawa Barat menerima sertifikat eliminasi malaria dari Menteri Kesehatan yang diserahkan oleh Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Kemenkes. (PPMN, 2023)
“Kolaborasi yang baik antara program malaria dan lembaga pendidikan seperti PUI NOVAKESMAS dapat direplikasi di daerah lain,” ujar Dr. Hellen Dewi Prameswari, Manajer Program Malaria Nasional di Jakarta.
Meskipun kemajuannya luar biasa, kemunculan pandemi COVID-19 merupakan pukulan telak bagi upaya pemberantasan malaria. Terjadi peningkatan kasus, termasuk di Kabupaten Purworejo. Meskipun mengalami kemunduran, upaya kolaboratif yang melibatkan WHO, lembaga pendidikan seperti PUI NOVAKESMAS, dan pihak berwenang serta komunitas dari berbagai sektor telah menunjukkan hasil menjanjikan dalam membendung wabah dan mendukung eliminasi. WHO terus memantau dan memberikan panduan langsung kepada Dinkes Purworejo mengenai kemajuan mereka dalam membendung penularan. Data terbaru dari Sistem Informasi Surveilans Malaria Nasional (Sismal) menunjukkan tidak ada kasus lokal yang dilaporkan sejak April 2023. Pembelajaran dari perjalanan ini akan memandu upaya masa depan, memberikan harapan bagi pemberantasan malaria secara menyeluruh di Indonesia dan sekitarnya.
Program malaria WHO Indonesia didukung oleh Global Fund to Fight AIDS, Tuberculosis and Malaria.
Ditulis oleh dr. Herdiana Hasan Basri, National Professional Officer Malaria, WHO Indonesia