Pandemi COVID-19 telah menyebabkan gangguan berskala luas terhadap berbagai pelayanan kesehatan esensial di seluruh dunia. Di Indonesia, WHO mendukung surveilans program pelayanan imunisasi dan penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin (PD3I), termasuk difteri.

Difteri merupakan penyakit bakteri infeksius yang umumnya menginfeksi tenggorokan dan saluran pernapasan atas serta menghasilkan racun yang berdampak pada organ-organ lain. Difteri menyebar melalui kontak fisik langsung atau terhirupnya droplet dari batuk atau bersin orang yang terinfeksi. Penyakit ini mengakibatkan kematian pada 5-10% kasus, dan anak-anak mengalami angka kematian yang lebih tinggi. Di daerah-daerah di mana diagnosis dan pengobatan yang memadai tidak tersedia, angka kematian difteri mendekati 50%. Imunisasi dini terhadap penyakit ini pada anak-anak dapat efektif mengurangi jumlah kematian dan morbiditas terkait penyakit difteri secara drastis.

Imunisasi terhadap difteri telah mengurangi jumlah kematian dan kesakitan terkait penyakit difteri secara dramatis, tetapi difteri masih merupakan masalah kesehatan anak yang signifikan di negara-negara dengan cakupan imunisasi yang rendah. Pada tahun 2019, Indonesia melaporkan 948 kasus difteri di seluruh wilayahnya. 81% orang yang menderita penyakit ini belum menyelesaikan dosis penuh imunisasi (7 dosis atau lebih) atau tidak menerima imunisasi terhadap difteri.

Keterangan: Imunisasi respons wabah difteri di Sorong, Papua Barat, 2019. Kredit: Aning Isfandyari / WHO

WHO dan pemerintah Indonesia bekerja bersama untuk mencapai target nasional pengendalian difteri tahun 2024. Untuk mengatasi gangguan akibat pembatasan sosial berskala besar, pergerakan yang terbatas, dan penutupan pelayanan transportasi selama pandemi COVID-19, WHO terus mendukung Indonesia dengan cara memberikan bantuan teknis baik di tingkat nasional maupun subnasional, memfasilitasi pengembangan kapasitas dan kesempatan pelatihan untuk petugas surveilans, serta mengadakan pengobatan antitoksin difteri yang menyelamatkan nyawa.

Antitoksin difteri merupakan pengobatan penting yang dapat mengurangi angka kematian kasus difteri sebesar kira-kira 15%. Semakin dini pengobatan antitoksin diberikan kepada pasien yang terduga atau terkonfirmasi mengalami difteri, semakin efektif juga pengobatan tersebut dalam mengendalikan perjalanan penyakit tersebut dan mencegah penyebaran lebih lanjut.

Pada akhir Juli, 700 vial (10.000 unit internasional per vial) antitoksin difteri diadakan dan diserahkan kepada Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Vial-vial ini telah didistribusikan kepada provinsi-provinsi dengan transmisi difteri yang tinggi seperti Aceh, DKI Jakarta, Jawa Timur, dan Jawa Barat.

Delivery box of diphtheria antitoxin vials

Keterangan: Paket 700 vial antitoksin difteri yang dapat menyelamatkan nyawa akan didistribusikan ke provinsi-provinsi di seluruh Indonesia yang mengalami transmisi difteri yang tinggi. Kredit: Kementerian Kesehatan


Antara bulan Januari dan Juni 2020, pelaporan kasus PD3I menurun secara signifikan dibandingkan surveilans di periode yang sama tahun lalu: pelaporan difteri menurun sebanyak 68%. Deteksi, pelaporan, dan pengobatan kasus harus tetap dilakukan selama pandemi COVID-19 untuk memastikan kesejahteraan masyarakat dan kemajuan yang berkelanjutan terhadap transmisi PD3I.

WHO berkomitmen untuk mendukung pemerintah Indonesia dalam menganalisis program dan pelayanan imunisasi nasional untuk memastikan keberlanjutan yang aman selama pandemi COVID-19 sesuai rekomendasi-rekomendasi WHO. Selama enam bulan terakhir, para pemangku kepentingan di seluruh Indonesia telah mengadakan beberapa webinar untuk menjawab tantangan-tantangan serta menemukan solusi untuk mempertahankan program-program imunisasi dan surveilans PD3I. Berbagai materi komunikasi, informasi, dan edukasi juga telah disusun serta disebarluaskan untuk meningkatkan permintaan atas dilanjutkannya pelayanan-pelayanan ini.

Pengadaan antitoksin dalam jumlah yang lebih lanjut sedang direncanakan, untuk mengantisipasi kemungkinan lonjakan kasus difteri yang diakibatkan cakupan imunisasi yang rendah selama wabah COVID-19.

Namun, cara terbaik menekan kasus PD3I di Indonesia, termasuk difteri, adalah masyarakat menjalani imunisasi lengkap. Imunisasi berskala luas dan komprehensif akan mencegah terjadinya berbagai wabah penyakit selama pandemi COVID-19 dan memberikan perlindungan kesehatan yang berkepanjangan bagi semua orang.

Keterangan gambar utama: Seorang anak menerima imunisasi rutin selama pandemi COVID-19. Kredit: Sri Kusyanti / Pusat Kesehatan Arso Kota.