WHO/Muhammad Fathun
Dr. Kamruzzaman, a WHO International Consultant, teaches Sanusi to perform physiotherapy for his son at home.
© Credits

Peran Ayah dalam Imunisasi: Pelajaran dari Sebuah Kasus Polio di Aceh

5 December 2023
Highlights
Banyak anak di Aceh tidak menerima imunisasi rutin karena ayah mereka tidak mengizinkannya, akibat kekhawatiran tentang kemungkinan efek samping dan pengaruh rumor bahwa imunisasi diharamkan. Hal-hal lain seperti kekurangan tenaga kesehatan dan informasi yang keliru semakin memperburuk masalah tersebut. Alhasil, Aceh memiliki cakupan imunisasi rutin terendah di Indonesia pada 2022, yaitu 45,7%.
Sanusi Arifin adalah salah satu ayah yang melarang anaknya diimunisasi. Larangannya didasarkan pada kekhawatiran tentang efek samping. Namun, pandangannya berubah setelah ia mengetahui hasil tes polio anaknya positif. Berbagai emosi melandanya, sehingga tubuhnya lemas sesaat, ketika menyadari bahwa sikap abainya menyebabkan anak ketiganya dirawat di rumah sakit selama seminggu akibat kelumpuhan di kaki. Sanusi menyadari penuh situasi yang buruk ini saat ia melihat putranya kesulitan bertumpu pada kakinya saat buang air kecil. 

Putra Sanusi menjadi kasus polio ketiga di Kabupaten Bireuen, Aceh. Tim dari Kementerian Kesehatan, dinas kesehatan provinsi, dinas kesehatan kabupaten, dan WHO menjalankan investigasi dan menapis 200 rumah, termasuk rumah Sanusi. Dalam kunjungannya, tim WHO menekankan pentingnya fisioterapi untuk anaknya yang mengalami kelumpuhan.
Karena tantangan ekonomi, keluarga Sanusi tinggal di sebuah rumah sederhana di dekat sungai yang terpolusi. Sungai ini sering banjir selama musim hujan, sehingga memperburuk kondisi tempat tinggal mereka. Putra Sanusi tidak pernah menerima imunisasi dari program imunisasi rutin anak akibat rumor tentang efek samping imunisasi. Tim WHO dan seorang dokter dari Puskesmas Jeunib menjelaskan cara kerja imunisasi, kemungkinan efek sampingnya, dan penanganannya di rumah.
Pengalaman pahit ini mengajarkan kepada Sanusi pentingnya imunisasi untuk anak-anak. Mengingat istrinya Rosnidar sedang hamil pada usia tujuh bulan, Sanusi berjanji memastikan anak keempatnya menerima imunisasi rutin lengkap. Sekarang Sanusi memahami bahwa imunisasi merupakan tanggung jawab bersama kedua orang tua.

Sanusi mengakui peran penting ayah dalam memastikan anak-anak mereka diimunisasi. Ia juga menerima tanggung jawab menenangkan anak yang bersikap sukar jika mengalami demam setelah diimunisasi.

“Ayah memiliki kewajiban penting untuk memastikan anak-anak mereka mendapatkan gizi yang cukup, tumbuh sehat dengan imunisasi lengkap, diberikan perlindungan dan pendidikan,” katanya.

Dengan pengetahuan baru dari WHO ini, Sanusi dapat menjalankan fisioterapi rutin untuk anaknya di rumah, melengkapi kunjungan ke rumah sakit. Meskipun menyesal karena kesehatan anaknya terganggu, Sanusi berharap keluarga lain dapat belajar dari pengalaman Sanusi dan keluarganya. Kisah Sanusi menjadi pelajaran bagi orang tua lain, dan Sanusi berharap tidak ada orang tua lain yang harus mengalami apa yang ia alami.
Kegiatan-kegiatan WHO untuk merespons kejadian luar biasa polio banyak didukung oleh USAID.
Ditulis oleh Muhammad Fathun, Vaccination Technical Officer, Aceh

Media Contacts

Tim Komunikasi