Pada 31 Agustus hingga 4 September 2025, Padang, Sumatra Barat menjadi tuan rumah latihan simulasi nasional selama lima hari yang menggunakan skenario gempa megathrust, bersama lebih dari 520 peserta dari dinas kesehatan, emergency medical teams (EMT) dan para mitra dari berbagai sektor. Latihan ini menguji koordinasi di kabupaten/kota berisiko tinggi, memperkuat kesiapsiagaan, dan menyoroti kesenjangan dalam alur data, peran subklaster, dan respons lapangan.
Sumatra Barat berada tepat di atas Megathrust Sunda, salah satu zona subduksi (tumpukan lempeng) paling aktif di dunia, di mana terus adanya bahaya gempa dan tsunami menuntut kesiapsiagaan berkesinambungan. Ancaman yang terus muncul ini menegaskan perlunya memperkuat ketangguhan serta memastikan koordinasi yang kuat antarwilayah dan antarinstansi.
Latihan simulasi nasional ini melibatkan peserta dari 19 dinas kesehatan kabupaten dan kota, subklaster Kementerian Kesehatan, EMT, dan lembaga. Selama lima hari, tim-tim peserta mengikuti pemaparan para ahli, permainan taktis, latihan pos komando, dan latihan lapangan untuk koordinasi, pengambilan keputusan, pembagian data, triase, evakuasi, dan pelaporan.
“Kehadiran berbagai pemangku kepentingan menunjukkan komitmen kita untuk membangun sistem kesehatan yang tangguh dan responsif. Simulasi ini bukan hanya penting bagi Sumatra Barat, tetapi juga dapat menjadi contoh bagi daerah lain,” ujar Kunta Wibawa Dasa Nugraha, Sekretaris Jenderal Kementerian Kesehatan, dalam sambutan pembukaannya.
WHO berpartisipasi sebagai mitra utama bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana, Pusat Kesehatan TNI, Badan SAR Nasional, UNFPA, Palang Merah Indonesia, Médecins Sans Frontières, Muhammadiyah Disaster Management Center, Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia, dan mitra lainnya untuk memperkuat kesiapsiagaan bencana. Simulasi ini menunjukkan kolaborasi yang kuat sekaligus menyoroti area yang perlu diperbaiki, termasuk kebutuhan untuk memperjelas peran subklaster, memperlancar alur informasi, dan memperjelas urutan skenario.
Ke depan, kabupaten dan kota diharapkan dapat menerjemahkan pembelajaran ini menjadi langkah nyata, termasuk penyusunan rencana kontingensi lokal serta penguatan kapasitas kesehatan dan respons darurat. Para mitra didorong untuk melanjutkan pembangunan kapasitas yang terarah, meningkatkan sistem data, dan melakukan evaluasi menyeluruh untuk membangun ketangguhan menghadapi potensi gempa dan tsunami di masa mendatang.
Ditulis oleh Lintang Tanjung Sibarani, NPO Emergency and Humanitarian Action dan Moch. Thoriq Assegaf Al-Ayubi, Surveillance Data Assistant, WHO Indonesia.