Laboratorium adalah tulang punggung sistem kesehatan yang kuat. Keberadaannya menjadi kunci surveilans penyakit, memastikan otoritas kesehatan dapat mendeteksi penyakit sejak dini serta mencegah atau merespons wabah secara efektif. Hal sangat penting karena penyakit campak dan rubela, penyakit menular yang menyerang anak-anak dan dewasa muda, jika tidak ditangani dapat mengakibatkan konsekuensi yang parah, termasuk kematian. Di Indonesia, tantangan penting yang muncul dalam perang melawan campak dan rubela dalam beberapa tahun terakhir adalah kurangnya reagen di laboratorium untuk deteksi dan surveilans penyakit. Kurangnya pasokan laboratorium yang penting tersebut menghambat kemampuan negara untuk mengidentifikasi dan memantau kasus-kasus penyakit ini secara akurat, sehingga membahayakan respons tepat waktu dan berisiko menimbulkan dampak kesehatan negatif. Sebagai daerah endemis campak dan rubela, kinerja Indonesia dalam deteksi dini kasus juga akan berdampak pada kinerja regional dan global dalam memberantas penyakit tersebut.
WHO secara aktif mendukung upaya Indonesia mengendalikan beban penyakit campak dan rubella dengan meningkatkan sistem laboratorium kesehatan masyarakat, termasuk melalui pengadaan reagen laboratorium yang penting. Reagen-reagen ini sangat diperlukan dalam memastikan keberhasilan misi Indonesia untuk mengeliminasi penyakit-penyakit tersebut.
Kolaborasi antara WHO dan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah membuka jalan bagi partisipasi Indonesia dalam Global Measles Rubella Laboratory Network, yang didirikan untuk memberikan dukungan laboratorium berkualitas tinggi untuk surveilans. Dukungan tersebut mencakup pelatihan bagi staf laboratorium, standarisasi metode dan protokol pengujian laboratorium, penilaian teknologi dan reagen baru untuk mendukung deteksi virus dan kasus, serta menyediakan platform untuk berbagi informasi. Enam laboratorium di Indonesia merupakan bagian dari jaringan ini dan berkontribusi aktif terhadap upaya global dalam pengendalian campak dan rubela. Laboratorium tersebut adalah Laboratorium Rujukan Nasional Prof Sri Oemijati di Jakarta, Biofarma di Bandung, Balai Laboratorium Kesehatan dan Kalibrasi (BLKK) Yogyakarta, Balai Besar Laboratorium Kesehatan (BBLK) Surabaya, BBLK Palembang, dan BBLK Makassar.
Pada 2023, WHO melakukan pengadaan 210 kit IgM Campak, 210 kit IgM Rubella, dan 23 kit IgG Rubella. Setiap kit berisi 96 tes, yang secara kolektif memungkinkan dilakukannya lebih dari 40.000 tes diagnostik. Kit ini merupakan alat yang penting untuk membantu mendeteksi antibodi spesifik (juga dikenal sebagai imunoglobulin) yang terkait dengan campak dan rubela dalam sampel darah, sehingga memungkinkan profesional kesehatan menentukan apakah seseorang sedang atau pernah mengalami infeksi virus campak atau rubela.

Staf Kemenkes menginspeksi kotak reagen sebagai bagian dari pemeriksaan kualitas. Kredit: WHO/Tina Kusumaningrum
Sejak Juni hingga Juli 2023, WHO mengadakan dan mendistribusikan reagen tersebut ke enam laboratorium yang merupakan bagian dari jaringan laboratorium nasional campak dan rubela. Pengadaan ini meningkatkan kapasitas laboratorium-laboratorium tersebut dan memperkuat peran mereka dalam jaringan. Bersamaan dengan pengadaan, WHO juga memberikan bantuan teknis untuk membantu memperluas jaringan laboratorium dan meningkatkan kualitas dan kinerja laboratorium secara keseluruhan melalui program penilaian kualitas eksternal (external quality assessment/EQA).
Ketersediaan reagen ini memberdayakan laboratorium untuk mendeteksi kasus dengan cepat, serta memungkinkan otoritas layanan kesehatan dapat cepat merespons wabah dan menerapkan langkah-langkah pengendalian yang ditargetkan. Langkah penting ini melindungi populasi rentan dan membatasi penyebaran penyakit-penyakit menular tersebut.
Dengan memperkuat diagnostik laboratorium, upaya kolaboratif antara WHO dan Indonesia ini menjadi pondasi bagi pengendalian penyakit yang efektif secara nasional. WHO akan terus bekerja sama dengan Indonesia untuk meningkatkan sistem kesehatannya dan memastikan pasokan reagen yang berkelanjutan di masa depan, memperkuat dedikasi untuk Indonesia yang lebih sehat.

Kegiatan ini didukung oleh USAID.
Ditulis oleh Tina Kusumaningrum, National Professional Officer for Laboratories, WHO Indonesia.