WHO/Fieni Aprilia
Relawan dari Muhammadiyah EMT, WHO Indonesia, WHO WPRO, dan pengamat dari EMT-EMT lain di Indonesia berperan sebagai pasien, menguji kemampuan tim untuk merespons cepat di bawah tekanan.
© Credits

Kemitraan Global Meningkatkan Kesiapsiagaan Tim Medis Kedaruratan Muhammadiyah menuju Klasifikasi WHO

19 August 2025
Highlights

Pada 8–10 Juli 2025, Muhammadiyah Emergency Medical Team (EMT) atau Tim Medis Kedaruratan Muhammadiyah menyelenggarakan simulasi lapangan komprehensif di Yogyakarta sebagai bagian dari upaya meraih klasifikasi World Health Organization (WHO) – tolok ukur mutu, akuntabilitas, dan kemandirian internasional terkait respons medis kedaruratan. Didanai oleh Global Health Protection Programme, latihan ini menjadi tonggak penting dalam kemitraan Muhammadiyah EMT dengan EMT International Search and Rescue Jerman – yang telah terklasifikasi WHO – dan Robert Koch Institute. 

Selama tiga hari, lebih dari 30 relawan Muhammadiyah melakukan latihan pengerahan cepat, membangun rumah sakit lapangan EMT Type 1 Fixed, serta merespons skenario insiden korban massal dan trauma (cedera serius) – termasuk pasien-pasien dengan kebutuhan medis serta kejiwaan – sambil tetap memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat di Kulon Progo. Para pakar dari Kantor WHO Kawasan untuk Pasifik Barat (WPRO), pendamping dari Australian Medical Assistance Team, dan pengamat dari EMT-EMT lain di Indonesia memberikan masukan teknis terkait protokol klinis; sistem air, sanitasi dan kebersihan; logistik; serta dukungan kesehatan jiwa dan psikososial. 

“Latihan ini membantu kami mengidentifikasi dengan jelas area-area yang masih perlu ditingkatkan, seperti logistik, alur komunikasi, prosedur perawatan pasien, dan penyusunan prosedur operasional standar yang lebih jelas,” kata dr. Eva Delsi, Sp.EM, koordinator rumah sakit lapangan Muhammadiyah EMT. “Hal ini memungkinkan kami lebih siap untuk proses klasifikasi dan penugasan di masa depan.” 

Petugas medis mengevakuasi pasien dengan tandu di area tenda darurat biru.

Petugas Muhammadiyah EMT melakukan latihan evakuasi pasien selama simulasi rumah sakit lapangan, menunjukkan koordinasi dan kapasitas respons dalam situasi darurat. Kredit: WHO/Fieni Aprilia

Simulasi ini dilaksanakan setelah pertemuan di Jakarta pada 7 Juli, di mana WHO Indonesia dan WHO WPRO bertemu dengan EMT-EMT di Indonesia – seperti Bulan Sabit Merah Indonesia, Mercy Corps Indonesia, Pusat Krisis Kesehatan Kementerian Kesehatan, dan Muhammadiyah Disaster Management Center – untuk memperkuat jejaring, berbagi panduan teknis, dan memajukan pengembangan EMT. Diskusi juga mencakup rencana Kementerian terkait tenaga cadangan kesehatan nasional dan operasi pemantauan multi-bahaya (multi-hazard). 

Proses klasifikasi EMT oleh WHO memastikan bahwa tim medis kedaruratan dapat dikerahkan dengan cepat, beroperasi secara mandiri, dan memberikan pelayanan berkualitas tinggi selama krisis kesehatan. Muhammadiyah EMT adalah satu dari tujuh tim Indonesia yang saat ini sedang berupaya mendapatkan klasifikasi, dengan tujuan mendukung respons di tingkat nasional maupun internasional.

Petugas medis mengevakuasi pasien dengan tandu di area tenda darurat biru.

Tim WHO WPRO memberikan masukan teknis terkait penyiapan tenda gudang selama simulasi, memastikan kesesuaian dengan standar logistik WHO untuk EMT. Kredit: WHO/Fieni Aprilia

Kegiatan ini merupakan bagian dari proyek “Continued Strengthening of Emergency Medical Team Readiness, Response and Coordination in the Indo-Pacific” yang didanai oleh Australian Department of Foreign Affairs and Trade. Melalui penguatan kapasitas dan pembelajaran silang, upaya ini meningkatkan kesiapsiagaan Indonesia dalam merespons keadaan darurat di dalam negeri serta berkontribusi pada penugasan EMT di tingkat kawasan dan global.

“Jaringan EMT Indonesia berkembang pesat, berkat kolaborasi yang kuat antara pelaku nasional dan mitra internasional,” kata Tamara Curtin Niemi, Team Lead for Health Emergencies, WHO Indonesia. “Melalui pelatihan, latihan praktik, dan dukungan teknis, Indonesia memperkuat kemampuannya untuk memberikan layanan kesehatan kedaruratan yang cepat, efektif, dan terkoordinasi dalam situasi krisis apa pun.” 

Dengan kemitraan global dan nasional yang kuat, WHO akan terus mendukung Muhammadiyah EMT dan tim-tim EMT lainnya di Indonesia untuk meningkatkan respons darurat, memperkuat ketahanan sistem kesehatan, dan memberikan perawatan yang menyelamatkan nyawa saat bencana melanda.



Kegiatan ini didukung oleh Global Health Protection Programme Jerman, Robert Koch Institute, dan Department of Foreign Affairs and Trade Australia, dengan panduan teknis dari International Search and Rescue Germany dan Australian Medical Assistance Team/Australian National Critical Care & Trauma Response Centre.

Ditulis oleh Lintang Sibarani, National Professional Officer (Emergency and Humanitarian Action), dan Febi Putri, National Professional Officer (Health Emergencies), WHO Indonesia 

 

 

 

Media Contacts

Tim Komunikasi