Ditulis oleh Bunga Manggiasih
Gbr 01. Wira Rizki Ramadhan, murid SD Inpres Inti Lebo, Kabupaten Parigi Moutong, Provinsi Sulawesi Tengah, setelah menerima imunisasi campak-rubela dalam program BIAN. Penerima imunisasi campak-rubela ditandai dengan tinta khusus di jari kelingkingnya. Kredit foto: WHO/Iqbal Lubis
Wira Rizki Ramadhan mengerutkan wajah dan menutup matanya saat lengan kirinya mendapat imunisasi campak-rubela. Gadis berusia 10 tahun ini adalah satu dari 89 pelajar di Sekolah Dasar (SD) Inpres Inti Lebo, Kabupaten Parigi Moutong, Sulawesi Tengah, yang diimunisasi pada Juni 2022.
Wira merupakan salah satu dari sekitar 36 juta anak-anak sasaran Bulan Imunisasi Anak Nasional (BIAN), sebuah inisiatif Pemerintah Indonesia. Didukung oleh WHO, UNICEF, dan mitra pembangunan lain, BIAN bertujuan mengejar keterlambatan imunisasi rutin lengkap pada anak-anak akibat pandemi COVID-19. Program ini menyasar semua anak, sehingga masa depan mereka aman dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Dengan demikian, mereka akan dapat bertumbuh-kembang dengan optimal sesuai usianya.
Pada 2019, Indonesia berhasil mencapai cakupan imunisasi lengkap sebesar 93,7%, tetapi pada tahun 2020 dan 2021, angka ini menurun menjadi 84,2%. Ada berbagai faktor yang menyebabkan penurunan ini, seperti gangguan rantai pasokan, pembatasan kegiatan, dan beban kerja tenaga kesehatan yang tinggi, sehingga beberapa layanan vaksinasi dihentikan saat pandemi memuncak.
Saat imunisasi rutin tidak diberikan dengan lengkap, anak-anak menjadi rentan. Mereka lebih berisiko mengalami penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti polio, difteri, batuk rejan, tetanus, hepatitis B, haemophilus influenza tipe B, campak, dan rubela.
Meyakinkan orang tua
Sebuah survei Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan UNICEF pada 2020 menemukan sekitar setengah orang tua dan pengasuh yang disurvei enggan membawa anak-anak mereka ke fasilitas pelayanan kesehatan karena khawatir akan infeksi COVID-19 atau kurang dipatuhinya protokol kesehatan. Keengganan ini juga banyak ditemui pada para orang tua di Sulawesi Tengah.
“Saya sudah mencoba menjelaskan, tetapi orang tua biasanya mengatakan anak-anak mereka sudah lengkap imunisasi rutinnya. Ada orang tua mengatakan, kalau ini vaksin COVID-19, jangan suntikkan ke anak saya,” kata Martinus, Penanggung Jawab Imunisasi di Puskesmas Parigi.
Untuk memastikan penerimaan imunisasi yang lebih baik, BIAN menekankan bahwa anak-anak diberi imunisasi rutin, bukan vaksin COVID-19. Kemenkes juga menggandeng Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi; organisasi masyarakat sipil, dan mitra pembangunan untuk mempromosikan dan menerapkan program ini.
“Setelah kami menerima jadwal imunisasi dari Puskesmas, kami mengumpulkan anak-anak saat apel pagi untuk memberikan pemahaman tentang manfaat dan tujuan BIAN. Sesudah itu, anak-anak menyampaikannya kepada orang tua,” kata Dewi Sri Wahyuni, Kepala Sekolah SD Inpres Inti Lebo.
“Tidak semua orang tua memahaminya. Yang tidak paham ada yang kami kunjungi. Yang tidak sempat dikunjungi, kami undang ke sekolah untuk diberi pemahaman agar membolehkan anaknya diimunisasi,” jelas Dewi soal cara-cara sekolah meyakinkan orang tua murid.
Martinus menambahkan, “Kepada orang tua yang menolak imunisasi, saya menyampaikan bahwa ini bukan vaksin COVID-19, tapi imunisasi rutin yang biasa dilakukan setiap tahun. Kami mengadakan BIAN karena selama pandemi, Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) tidak efektif karena anak-anak harus belajar dari rumah, sehingga kita membutuhkan program BIAN sebagai gantinya. Setelah itu, orang tua akan cenderung mengizinkan anak-anak mereka divaksinasi.”
Faradilla, seorang ibu dari tiga anak di Kota Palu, ibu kota provinsi Sulawesi Tengah, adalah salah satu orang tua yang mengizinkan anak-anak tercintanya mengikuti BIAN. “Saya ingin anak-anak saya sehat dan aman dari penyakit-penyakit seperti campak dan rubela. Karena itulah saya mengizinkan mereka divaksinasi,” katanya.
Putranya Moh. Fathir Ramadhan, yang berusia 9 tahun, dan Moh. Fahrul Hidayat, 11 tahun, mendapatkan imunisasi di sekolah dasar mereka, SDN 1 Baiya. Sedangkan putra bungsunya Moh. Farouq Syabil, 7 tahun, diimunisasi di taman kanak-kanak.
Gbr. 02 Moh. Fahrul Hidayat, Faradilla, dan Moh. Fathir Ramadhan saat BIAN di SDN 1 Baiya, Kota Palu. Kredit foto: WHO/Iqbal Lubis
Dukungan kepala daerah
Saat tim gabungan Kemenkes-WHO mengunjungi Sulawesi Tengah untuk memantau implementasi BIAN pada Juni 2022, Wakil Wali Kota Palu, dr. Reny A. Lamadjido, turut mengunjungi salah satu lokasi BIAN dan mempromosikan kegiatan ini pada murid-murid SD.
Setelah menjelaskan betapa bermanfaatnya perlindungan imunisasi pada saat BIAN, Wakil Wali Kota Palu pun bertanya kepada murid-murid SDN 1 Baiya, “Apakah anak-anak mau dilindungi?”
“Mau!” sahut para murid dengan lantang.
Gbr. 03 Wakil Wali Kota Palu, dr. Reny A. Lamadjido (memegang mikrofon), saat mempromosikan BIAN kepada murid-murid SDN 1 Baiya. Kredit foto: WHO/Iqbal Lubis
Tepat satu hari setelah kunjungan pemantauan BIAN tersebut, Wakil Wali Kota memulai rapat koordinasi BIAN yang dihadiri semua kepala sekolah SD dan TK, pimpinan Puskesmas, perwakilan Dinas Pendidikan, dan para kepala desa. Rapat ini bertujuan mempercepat implementasi BIAN di kota Palu.
Pada penghujung rapat, para peserta sepakat cakupan harian BIAN harus dilaporkan langsung ke Wakil Wali Kota, semua kepala desa akan berpartisipasi dalam mobilisasi dan sosialisasi BIAN, serta Puskesmas dan sekolah bakal berkoordinasi dengan lebih erat untuk menjalankan BIAN. Selain itu, pemerintah kota akan memetakan sekolah-sekolah dan daerah-daerah dengan cakupan rendah dan perkembangan lambat untuk ditindaklanjuti oleh Wakil Wali Kota.
Di tingkat provinsi, sejumlah gubernur telah menerbitkan kebijakan-kebijakan yang mendukung BIAN. Gubernur Sulawesi Tengah H. Rusdy Mastura adalah salah satunya. Surat Edaran Gubernur tertanggal 23 Mei 2022 menginstruksikan pemerintah kota dan kabupaten di provinsi tersebut untuk mempromosikan program ini, memobilisasi pihak lintas sektor, mendanai kegiatan-kegiatan BIAN, dan melaporkan perkembangannya.
Saat ini, BIAN berada dalam tahap pertamanya, dengan imunisasi diberikan di 27 provinsi di pulau Sumatra, Kalimantan, Sulawesi, Nusa Tenggara, Maluku, dan Papua. Tahap kedua untuk tujuh provinsi lain di Jawa dan Bali akan dimulai pada Agustus 2022.
***