Magdalena Lusia, yang akrab disapa “Lusi” oleh keluarga dan teman-temannya, masih mengingat jelas momen ketika ia mengetahui bahwa ia mengandung anak pertamanya. Tinggal di Eimadake, sebuah desa terpencil di Kabupaten Sabu Raijua, Nusa Tenggara Timur (NTT), ia bertekad melakukan segala hal demi memastikan persalinan yang aman dan masa depan cerah bagi bayinya.
“Saat hamil, saya rutin periksa setiap bulan di Puskesmas Eimadake, biasanya dengan bidan, kadang juga dengan dokter. Saya diberi suplemen zat besi dan kalsium,” kenangnya. “Saya sering membaca bahwa masa depan anak yang cerah dimulai sejak dini – bahkan sejak dalam kandungan.”
Kini, banyak perempuan di Indonesia seperti Lusi merasakan manfaat dari akses yang lebih luas pada suplemen zat besi dan asam folat gratis, serta berbagai program penting seperti Inisiatif triple eliminasi—yang menargetkan eliminasi penularan HIV, sifilis, dan hepatitis dari ibu ke anak—peningkatan dukungan pelatihan bidan, sistem rujukan yang lebih kuat, serta skema Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).
Bersama-sama, inisiatif-inisiatif tersebut di atas dan lainnya memperluas akses pada layanan kesehatan ibu yang baik, memastikan lebih banyak perempuan di seluruh Indonesia –negara berpenduduk terbanyak keempat di dunia – mendapatkan dukungan esensial sepanjang masa kehamilan dan persalinan.
Buku Kesehatan Ibu dan Anak memberdayakan ibu di seluruh Indonesia dengan informasi penting tentang kesehatan ibu dan anak – sejak kehamilan hingga usia dini anak-anak. (Getty)
Manfaatnya dirasakan tidak hanya selama proses persalinan yang aman, melainkan juga setelahnya. Sweet Rihi Tugu, seorang Ibu dari Manutapen, Kupang – ibukota NTT – juga mendapatkan pelayanan yang berkualitas selama masa kehamilan serta masa nifasnya. “Pemeriksaan rutin termasuk pemantauan tekanan darah, pengukuran tinggi dan berat badan, pemeriksaan hemoglobin, serta skrining untuk program triple eliminasi,” ujarnya.
Berkat konseling kesehatan ibu dan bayi yang efektif, bayinya, yang bernama Sean, mendapatkan ASI eksklusif selama enam bulan pertama, sesuai dengan panduan WHO. “Selama periode itu, dia selalu mendapat ASI dan nutrisi yang cukup,” Sweet tersenyum bangga.
Esok yang lebih penuh harapan, sejak hari ini
Pada Hari Kesehatan Dunia 2025, dengan tema “Awal yang Sehat, Masa Depan Penuh Harapan”, kisah Lusi dan Sweet menunjukkan bahwa kemajuan besar dalam kesehatan ibu dan anak sedang dijalankan serta bahwa sasaran-sasaran Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030 dapat dicapai.
Estimasi terbaru dari Perserikatan Bangsa-Bangsa menunjukkan bahwa antara tahun 2000 hingga 2023, Indonesia berhasil menurunkan rasio kematian ibu dari 311 per 100.000 kelahiran hidup menjadi 140. Dalam periode yang sama, angka kematian balita menurun dari 52 per 1.000 kelahiran hidup menjadi 21.
Di seluruh Indonesia, kader kesehatan masyarakat dan para bidan terus memperkuat upaya kesehatan ibu dan anak dengan kunjungan ke rumah dan konseling tentang gizi, imunisasi, dan perawatan sebelum dan sesudah persalinan.
Meski tantangan masih ada di wilayah terpencil, dengan perkiraan secara nasional sebesar 6.300 kematian ibu pada 2023, kisah-kisah sukses seperti milik Lusi dan Sweet menyalakan harapan baru.
Sebagai contoh, meski Lusi harus menempuh perjalanan delapan jam naik kapal ke Kupang untuk bersalin dengan dibantu oleh dokter spesialis kandungan, upaya perluasan telemedisin dan tim kesehatan keliling kini makin memudahkan akses pada layanan dan konsultasi spesialis bagi ibu-ibu di komunitas-komunitas yang sulit dijangkau.
Agenda Transformasi Kesehatan Indonesia, yang diluncurkan pada 2022, memperkuat puskesmas di seluruh Nusantara, menempatkan puskesmas sebagai pilar utama pada gerbang bagi masyarakat untuk mencapai cakupan kesehatan semesta, khususnya mengurangi kesenjangan kesehatan ibu dan anak antarwilayah.
Tradisi dan perubahan
Dukungan keluarga dan pasangan – termasuk dinamika peran gender yang terus berkembang – tetap dibutuhkan untuk kehamilan dan masa postpartum yang sehat, sebagaimana tercermin dari pengalaman Lusi dan Sweet.
Dukungan pasangan dan keluarga berperan penting dalam memastikan Kesehatan selama masa kehamilan dan postpartum. (Getty)
Suami Lusi turut aktif membantu pekerjaan rumah tangga dan mengasuh anak setelah Lusi kembali bekerja usai melahirkan. “Kami berdua guru, jadi setelah cuti melahirkan saya selesai, orang tua, mertua, dan ipar saya ikut mengasuh anak-anak,” ujarnya.
Begitu pula dengan Sweet, yang mengaku dukungan suami dan keluarga besarnya sangat membantu memastikan asupan gizi dan layanan kesehatan selama masa kehamilan. “Penting bagi ibu dan ayah untuk sama-sama siap,” tuturnya.
Pada akhirnya, kemajuan Indonesia tak hanya terlihat dalam angka, tapi juga dalam harapan dan optimisme yang ditumbuhkan di tengah keluarga-keluarga. “Saya sangat berharap kedua anak saya tumbuh sehat, bahagia, diberkati Tuhan, dicintai banyak orang, dan memberi dampak baik bagi bangsa dan negara,” kata Lusi.
Perjalanan Lusi dan Sweet mencerminkan dampak mendalam dari komitmen Indonesia yang terus berlanjut untuk meningkatkan layanan kesehatan bagi setiap ibu dan anak, di mana pun mereka berada – sebuah tujuan yang akan terus didukung secara penuh oleh WHO Indonesia demi masa depan yang lebih sehat dan penuh harapan bagi semua.