Di daerah pegunungan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, penduduk yang membutuhkan pelayanan kesehatan sebelumnya harus bangun pagi-pagi, berjalan kaki jauh, dan menunggu selama berjam-jam. Di Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) Plantungan, pusat kesehatan utama bagi 35.000 penduduk, hingga 150 pasien datang setiap hari, berdesakan di lorong-lorong, sedangkan petugas kesehatan harus bekerja ekstra keras.
Kini, situasi di sana telah banyak berubah. Sejak Kementerian Kesehatan meluncurkan program Integrasi Layanan Primer (ILP) pada 2023 – sebagai salah satu bagian utama Agenda Transformasi Kesehatan Indonesia – penduduk Kecamatan Plantungan dapat memperoleh layanan-layanan kesehatan esensial lebih dekat, di lingkungan tempat tinggal mereka.
“Dulu kami melayani 100 hingga 150 pasien setiap hari,” kata dr. Karyadi, Kepala Puskesmas Plantungan. “Sekarang, hanya sekitar 30 pasien yang datang. Antrean sudah tidak ada lagi karena layanan dilakukan langsung di desa-desa.”
Menurut dr. Karyadi, pasien-pasien di kecamatan tersebut dapat datang ke dua puskesmas pembantu (pustu) dan 10 pos kesehatan desa (poskesdes) – yang masing-masing dilayani oleh satu orang bidan, satu perawat, dan dua kader kesehatan – selain mengunjungi Puskesmas Plantungan.
Seorang tenaga kesehatan di Puskesmas Plantungan, Muhamad Farid Makruf, mempersiapkan perlengkapan sebelum berkunjung ke salah satu puskesmas pembantu. Kredit: Puskesmas Plantungan
Bagi Nurhadi, seorang perawat penyelia yang telah bekerja di Puskesmas Plantungan selama lebih dari satu dekade, perubahan ini dirasakan tidak hanya pasien, melainkan juga dalam pekerjaannya sehari-hari. “Sebelum ILP, kami lebih banyak menangani gejala penyakit. Sekarang, kami mengedukasi pasien, mencegah penyakit, dan memantau kesembuhan pasien. Kami juga mengikuti pertemuan-pertemuan masyarakat seperti pengajian untuk memberikan edukasi kesehatan.”
ILP menandai pergeseran nasional dari fokus pada pengobatan ke pencegahan, deteksi dini, dan perawatan berkelanjutan di semua tahap kehidupan. Selain itu, program ini mencerminkan upaya terarah dalam memperkuat partisipasi, keterlibatan, dan kepemilikan masyarakat di bidang kesehatan, demi mencapai hasil kesehatan yang lebih baik.
Sebagai contoh, pada 2024, Puskesmas Plantungan melatih 60 pemberi rawat dari 12 desa hingga mereka mampu mendukung sanak-saudara yang mengalami kondisi kronis di rumah. “Saat pasien lansia berkunjung, kami meminta ada anggota keluarga yang mendampingi,” kata Nurhadi menjelaskan. “Keluarga dilatih untuk mengenali tanda-tanda komplikasi, dan mereka jadi tahu harus berbuat apa kalau ada masalah.”
Untuk perawatan spesialis, Puskesmas Plantungan terus memberikan dukungan esensial seperti layanan rehabilitasi dan pendampingan, sementara layanan pemantauan dikelola pustu dan poskesdes yang lebih dekat ke rumah pasien.
“Setelah kondisi pasien stabil, kami merujuk mereka kembali ke pustu atau poskesdes,” ujar dr. Nailul Hikmah, dokter penanggung jawab layanan kesehatan orang dewasa dan lansia. “Mereka tidak lagi harus datang jauh-jauh untuk pemantauan rutin.”
Pelayanan lebih dekat, sistem lebih kuat
Sejak diluncurkannya ILP pada 2023, World Health Organization (WHO), bersama mitra-mitra nasional dan daerah, terus memberikan dukungan implementasi, termasuk pemantauan dan evaluasi, serta adaptasi-adaptasi spesifik konteks.
“ILP mencerminkan upaya tegas dan berani Indonesia untuk mengarahkan ulang layanan kesehatan ke tingkat primer, suatu praktik baik global yang WHO dukung dengan bangga,” kata Profesor Roderick Salenga, Team Lead for Health Systems di WHO Indonesia. “Puskesmas Plantungan menunjukkan layanan lebih dekat dengan masyarakat meningkatkan akses, memberdayakan pasien, dan memperkuat jalur menuju cakupan kesehatan semesta, ketahanan sistem kesehatan, serta Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 3.”
Di seluruh Indonesia, tantangannya kini adalah memperluas keberhasilan Puskesmas Plantungan, demi memastikan setiap masyarakat mendapatkan manfaat dari pelayanan yang aksesibel dan berorientasi pasien.
Seperti disampaikan dr. Karyadi, “Kami tidak memiliki peralatan paling canggih, tetapi kami memiliki sistem yang berjalan baik.” Sistem ini didasarkan pada satu prinsip sederhana: kesehatan yang lebih baik berawal dari kehadiran pemberian layanan di tengah masyarakat.
Puskesmas Plantungan, bersama pustu dan poskesdes di bawahnya, melayani hampir 35.000 penduduk. Pelaksanaan program Integrasi Layanan Primer mendekatkan layanan kesehatan dengan masyarakat Plantungan. Kredit: Puskesmas Plantungan
Ditulis oleh Bunga Manggiasih, National Professional Officer (Communication), WHO Indonesia