Melindungi Setiap Anak dari Polio di Jawa Barat

28 April 2023

Dalam kegiatan Sub-Pekan Imunisasi Nasional (Sub-PIN) Polio di Jawa Barat, berbagai organisasi melakukan kerja sama inspiratif untuk melindungi anak-anak dari polio. Sebagai bagian dari respon Kejadian Luar Biasa (KLB) polio, Dinas Kesehatan, Puskesmas, WHO Indonesia, UNICEF Indonesia, dan perangkat desa bergandengan tangan untuk memastikan setiap anak di lingkungannya memiliki akses ke pelayanan  kesehatan untuk mendapatkan  imunisasi polio tetes tipe 2 (nOPV2)  

Para tenaga kesehatan dan bidan, seperti Noneng dan Minah di Purwakarta, melakukan kunjungan ke rumah-rumah untuk  mengunjungi anak yang tidak   tidak dapat dibawake Posyandu untuk mendapatkan imunisasi polio. Meskipun menghadapi berbagai kendala, mereka bekerja keras untuk memastikan setiap anak terlindungi dari virus polio. Hal ini membuktikan bahwa kesuksesan subPIN polio  bukan hanya tentang angka-angka tetapi juga komitmen dari masyarakat. Diambil pada tanggal 5-7 April 2023 di Purwakarta dan Bandung, esai foto ini menyoroti dampak kolaborasi lintas sektor dan peran penting keterlibatan masyarakat dalam mencegah anak-anak dari penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.     

 

GAVI, USAID, dan US CDC berkontribusi pada dukungan WHO Indonesia dalam penanggulangan Kejadian Luar Biasa polio di Jawa Barat. 

Foto dan tulisan oleh Fieni Aprilia, WHO Indonesia Digital Communication Officer 

WHO/Fieni Aprilia
Gugum, perawat dari Puskesmas Maniis, membawa vial nOPV2 dalam vaccine carrier. Gugum dan rekan-rekannya seringkali menghadapi medan yang mengharuskan mereka untuk berjalan kaki.
© Credits

Menaklukkan Medan Yang Sulit

Gugum (29), perawat dari Puskesmas Maniis, membawa vial nOPV2 dalam vaccine carrier dengan mengendarai sepeda motornya dari Puskesmas Maniis ke Desa Sinargalih. Meskipun kebanyakan desa dapat dicapai dengan kendaraan, Gugum dan rekan-rekannya seringkali menghadapi medan yang mengharuskan mereka untuk berjalan kaki.  vial imunisasi yang dibawa oleh Gugum akan digunakan untuk 50 sasaran.  

WHO/Fieni Aprilia
Maulana Yusuf (4) menerima nOPV2 di Balai Desa Sinargalih. Sebanyak 22 penerima yang menjadi sasaran datang ke balai desa pagi itu. Sesi vaksinasi diikuti oleh kunjungan ke rumah-rumah di lingkungan sekitar.
© Credits

Masyarakat Mendukung Gerakan Imunisasi

Maulana Yusuf (4 tahun) menerima imunisasi polio tetes tipe 2 di Balai Desa Sinargalih, Purwakarta. Sebanyak 22 anak sasaran imunisasi datang ke balai desa pada pagi itu. Setelah pelayanan imunisasi selesai di Balai Desa, sesi imunisasi dilanjutkan dengan kunjungan ke rumah-rumah di lingkungan sekitar untuk memastikan semua anak mendapatkan imunisasi polio tetes 

  

WHO/Fieni Aprilia
Minah (41), bidan desa dari Sinargalih, melakukan kunjungan rumah (sweeping) bersama Noneng (33), bidan desa dari Desa Tegaldatar, dengan bantuan kader kesehatan di Desa Sinargalih.
© Credits

Upaya Kolaboratif

Minah (41), bidan desa dari Sinargalih, melakukan kunjungan rumah (sweeping) bersama Noneng (33), bidan desa dari Desa Tegaldatar, dengan bantuan kader kesehatan di Desa Sinargalih.  

WHO/Fieni Aprilia
Minah dan seorang kader kesehatan, didampingi oleh staf WHO, menjelaskan pentingnya imunisasi polio sebelum memberikan imunisasi polio tetes selama kunjungan ke rumah di Desa Sinargalih, Purwakarta.
© Credits

Meningkatkan Kesadaran

Minah dan seorang kader kesehatan, didampingi oleh staf WHO, menjelaskan pentingnya imunisasi polio sebelum memberikan imunisasi polio tetes selama kunjungan ke rumah di Desa Sinargalih, Purwakarta. 

 

WHO/Fieni Aprilia
Uwais (9 bulan) menerima imunisasi nOPV2 sementara ibunya, Lita (22 tahun), memegangnya. Meskipun awalnya enggan karena kekhawatiran suaminya, Lita akhirnya memutuskan memberikan imunisasi polio kepada anak-anaknya.
© Credits

Mengatasi Keraguan

Uwais (9 bulan) menerima imunisasi nOPV2 sementara ibunya, Lita (22 tahun), memegangnya. Kakak perempuannya, Balqis (4 tahun), memperhatikan dengan seksama. Meskipun awalnya enggan karena kekhawatiran suaminya, Lita akhirnya memutuskan memberikan imunisasi polio kepada anak-anaknya berkat upaya dari Minah, Noneng, dan kader kesehatan Desa Sinargalih. Pada 5 April 2023, Uwais dan Balqis menerima dosis pertama imunisasinya. 

 

WHO/Fieni Aprilia
Tim bidan dan kader kesehatan dari Desa Sinargalih mengunjungi sekelompok ibu dan anak yang sedang berkumpul. Walau menghadapi kondisi sulit, para tenaga kesehatan ini tetap bekerja untuk memastikan setiap anak di desa menerima imunisasi polio.
© Credits

Tenaga Kesehatan yang Berdedikasi

Di tengah teriknya matahari di Purwakarta, tim bidan dan kader kesehatan dari Desa Sinargalih mengunjungi sekelompok ibu dan anak yang sedang berkumpul. Walau menghadapi kondisi sulit, para tenaga kesehatan ini tetap bekerja untuk memastikan setiap anak di desa menerima imunisasi polio. Dengan ramah dan bersahabat, bidan dan kader kesehatan berinteraksi dengan orang tua dan anak-anak, memberikan informasi imunisasi yang mereka butuhkan agar  tetap sehat dan terlindungi. 

 

 

WHO/Fieni Aprilia
Noneng Jamilah (kiri) dan Minah (kanan) adalah dua bidan desa dari Desa Tegaldatar dan Desa Sinargalih, Jawa Barat yang bekerja keras memastikan setiap anak di lingkungan mereka dapat mengakses imunisasi.
© Credits

Noneng dan Minah

Noneng Jamilah (kiri) dan Minah (kanan) adalah dua bidan desa dari Desa Tegaldatar dan Desa Sinargalih, Jawa Barat yang bekerja keras memastikan setiap anak di lingkungan mereka dapat mengakses imunisasi. Noneng, yang telah bekerja di Puskesmas sejak 2012, menekankan pentingnya petugas kesehatan memeriksa status imunisasi pasien yang datang untuk pemeriksaan rutin. Jika diperlukan, ia akan memberikan imunisasi yang dibutuhkan seperti imunisasi polio di tempat. Noneng juga memperhatikan kenyamanan anak-anak dengan disabilitas selama proses imunisasi. 

Minah, di sisi lain, telah melayani komunitasnya sejak 2006. Ia percaya kerja sama dengan kader kesehatan dan RT (Rukun Tetangga) serta melakukan kunjungan rumah adalah strategi paling efektif untuk memastikan setiap anak menerima imunisasi yang dibutuhkan. Minah menekankan pentingnya kerja sama dengan perangkat desa untuk memastikan pelaksanaan program imunisasi berjalan lancar. Meskipun menghadapi penolakan dan intimidasi dari orang tua yang enggan anaknya diimunisasi, Noneng dan Minah tetap berkomitmen memberikan layanan kesehatan kepada masyarakat. 

Kedua bidan ini menekankan pentingnya program penyuluhan bulanan Puskesmas ke desa-desa yang mencakup berbagai topik, dari imunisasi hingga stunting. Mereka juga menyebutkan tentang catatan dalam buku Sistem Informasi Posyandu (SIP) dan bagaimana tenaga kesehatan memeriksanya secara teratur sebelum mengunjungi rumah anak-anak yang mungkin terlewat imunisasinya. 

WHO/Fieni Aprilia
Noneng (33), bidan dari Desa Tegaldatar, mengenakan pin END POLIO NOW (“Akhiri Polio Sekarang”) di ranselnya saat membantu Minah (41), bidan dari Desa Sinargalih, dalam upaya mereka untuk memberantas polio di Purwakarta.
© Credits

Bersatu dalam Tujuan

Noneng (33), bidan dari Desa Tegaldatar, mengenakan pin END POLIO NOW (“Akhiri Polio Sekarang”) di ranselnya saat membantu Minah (41), bidan dari Desa Sinargalih, dalam upaya mereka untuk memberantas polio di Purwakarta. 

Noneng dan Minah bekerja sama untuk memberikan imunisasi polio kepada anak-anak dalam kunjungan rumah mereka.

WHO/Fieni Aprilia
Umar (4) dan ibunya Novi Handayani (27) menunjukkan kartu vaksinasi polio mereka setelah menerima hadiah dari Posyandu karena telah divaksinasi di Posyandu Hapsari 2, Bandung, 6 April 2023.
© Credits

Peran Orangtua

Novi Handayani (27 tahun), menunjukkan kartu imunisasi polio putranya, Umar (4 tahun), setelah mendapatkan imunisasi di Posyandu Hapsari 2, Bandung. "Saya datang ke Posyandu karena sadar soal tumbuh kembang anak," kata Novi.  

Seorang kader Posyandu memberitahunya untuk mendapatkan imunisasi polio, namun Novi mengakui sebelumnya ia tidak mencari informasi tentang virus tersebut. Karena Posyandu adalah sumber informasi utama Novi untuk menerima informasi tentang kesehatan dan perkembangan anak, ia mempercayai kader dan memutuskan membawa Umar untuk diimunisasi. Sebelum imunisasi, kader tersebut menjelaskan tentang polio kepada Novi. 

 

WHO/Fieni Aprilia
Lokasi Posyandu pertama di Desa Bungursari, Purwakarta, berada di koridor masjid. Pemerintah setempat menanggapi KLB polio dengan melakukan sosialisasi lintas sektor di wilayah tersebut dan lintas-Organisasi Perangkat Daerah (OPD).
© Credits

Kolaborasi Masyarakat

Lokasi Posyandu pertama di Desa Bungursari, Purwakarta, berada di koridor masjid. Pemerintah setempat memberikan dukungan dalam menanggapi KLB polio dengan melakukan sosialisasi lintas sektor di wilayah tersebut dan lintas-Organisasi Perangkat Daerah (OPD) untuk mendukung Puskesmas dalam menjalankan program sub PIN Polio. Berbagai program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) juga membantu dengan memberikan makanan dan hadiah tambahan bagi anak-anak penerima imunisasi. Selain itu, rumah sakit menyediakan tas pembawa imunisasi untuk Puskesmas yang membutuhkannya. Hal ini merupakan bentuk komitmen dan dukungan stakeholders yang baik di Purwakarta 

  

 

WHO/Fieni Aprilia
Benjamin (2) menerima vaksin polio nOPV2 sementara ibunya, Anggi, memegangnya dengan mantap di pangkuannya.
© Credits

Meningkatkan Kesadaran

Benjamin (2 tahun) menerima imunisasi polio tetes tipe 2 sementara ibunya, Anggi, memegangnya di pangkuannya. Nur Elah, kepala desa, menyatakan bahwa tidak ada tantangan dalam memberikan imunisasi polio karena tingkat kesadaran yang tinggi di masyarakat desa. Salah satu cara untuk meningkatkan kesadaran tersebut adalah melalui sosialisasi polio. 

 

WHO/Fieni Aprilia
Para bidan, kader kesehatan, kepala desa, dan pekerja kesehatan lainnya menuju Posyandu berikutnya yang terletak di kompleks perumahan di Desa Bungursari.
© Credits

Bersatu untuk Imunisasi

Para bidan, kader kesehatan, kepala desa, dan pekerja kesehatan lainnya menuju Posyandu berikutnya yang terletak di kompleks perumahan di Desa Bungursari. Membuat Posyandu di dua lokasi sangat penting untuk memastikan semua anak di Desa Bungursari menerima imunisasi polio dan juga menyediakan akses bagi semua orang di desa. 

 

 


Maryam Ulfah, bidan Desa Bungursari, memberikan imunisasi polio dengan baik Para kader kesehatan.
© Credits

Beraksi Bersama

Maryam Ulfah, bidan Desa Bungursari, memberikan imunisasi polio dengan baik Para kader kesehatan, Nur Elah selaku kepala desa, dan dr. Eva Lystia selaku Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Purwakarta memperhatikan dengan seksama, memastikan bahwa proses imunisasi berjalan lancar untuk warga Desa Bungursari,. 

dr. Eva menyampaikan bahwa  untuk memastikan semua anak mendapatkan imunisasi polio p Dinas Kesehatan Purwakarta mengumpulkan data harian dari Puskesmas dan mengevaluasi daerah mana yang telah dan belum mencapai target. Kemudian, mereka memberikan umpan balik kepada Puskesmas dan melakukan kegiatan sweeping jika diperlukan. "Jika ada anak yang belum diimunisasi karena sakit, kami akan menunggu sampai mereka pulih sebelum diimunisasi selama kegiatan sweeping," jelas Dr. Eva. 


/