WHO/Fieni Aprilia
WHO menyampaikan inisiatif untuk meningkatkan riset basional tentang pembuatan kebijakan berbasis buktu dalam kegiatan pemantauan tinjauan intra-aksi (IAR) respons COVID-19 ke-8.
© Credits

Dari Temuan ke Tindakan: Meningkatkan Pembuatan Kebijakan Berbasis Bukti Melalui Penelitian COVID-19

4 October 2023
Highlights

Sebagai tindak lanjut deklarasi WHO mengenai COVID-19 sebagai Darurat Kesehatan Masyarakat yang Menjadi Kepedulian Internasional (PHEIC) pada Januari 2020, para ilmuwan dan profesional kesehatan di seluruh dunia telah terlibat dalam kegiatan penelitian dan pengembangan secara cepat dan berkontribusi membangun basis pengetahuan baru dengan kecepatan dan volume yang belum pernah terjadi sebelumnya. Pada Februari 2020, WHO mengadakan Forum Penelitian dan Inovasi Global untuk mengoordinasikan dan mempercepat penelitian global untuk COVID-19, yang mengarah pada pengembangan Coordinated Global Research Roadmap. Prinsip yang memandu peta jalan ini adalah pemahaman bahwa bukti penelitian terbaik yang ada harus menjadi inti dari respons terhadap COVID-19 dan menggarisbawahi perlunya memperkuat sistem penelitian kesehatan di Indonesia.

Diseminasi tinjauan cepat dari CHPM-Cochrane UGM mengenai Incident Command System (di bawah Pilar I: Koordinasi, perencanaan, dan pemantauan tingkat negara). Kredit: WHO/Fieni Aprilia

Pandemi COVID-19 memicu berbagai tanggapan dari kementerian, universitas, organisasi non-pemerintah (LSM), badan-badan PBB, perusahaan, mitra pembangunan, dan masyarakat sipil di Indonesia. Berbagai aktor ini menghasilkan banyak data dan berkontribusi pada lonjakan signifikan dalam publikasi penelitian para peneliti Indonesia terkait COVID-19. Namun, hanya sejumlah kecil yang telah diterbitkan secara internasional dan diindeks dalam basis data bibliografi internasional. Untuk memastikan akses global terhadap penelitian nasional Indonesia mengenai COVID-19, WHO memasukkan publikasi-publikasi ini ke dalam WHO COVID-19 Research Database, yang bersumber dari basis data nasional seperti Garuda (Garba Rujukan Digital) dan SINTA (Science and Technology Index). Untuk meningkatkan serapan penelitian, meningkatkan akses terhadap artikel penelitian dan mengkomunikasikan temuan secara lebih efektif kepada pembuat kebijakan, WHO dan Kementerian Kesehatan serta pemangku kepentingan lainnya bekerja sama mengembangkan ekosistem yang memfasilitasi pemanfaatan bukti di negara ini. Salah satu inisiatifnya melibatkan kolaborasi dengan para ahli dari lembaga penelitian yang diberi mandat mendukung respons dan kesiapsiagaan COVID-19 di tingkat nasional dan daerah.

Pada tahun 2022, di tengah pandemi yang sedang berlangsung, WHO Indonesia melibatkan lebih dari 20 ahli dari empat lembaga dalam kegiatan peningkatan kapasitas. Inisiatif ini melibatkan pembentukan jaringan para ahli, yang berpusat pada sintesis bukti-bukti penelitian menggunakan metodologi tinjauan cepat dan mengemas temuan-temuan tersebut agar dapat digunakan secara efektif oleh para pembuat kebijakan.

Dr. Bayu Dhite dari UGM CHPM – Cochrane mempresentasikan temuan kajian cepat tentang Incident Command System. Kredit: WHO/Fieni Aprilia

Aufia Espressivo dari CISDI menyampaikan temuan kajian cepat tentang surveilans berbasis masyarakat. Kredit: WHO/Fieni Aprilia

Tiap lembaga mengidentifikasi topik kebijakan kesehatan masyarakat dan sistem kesehatan riil terkait dengan respons dan kesiapsiagaan COVID-19 dalam hal struktur, organisasi, dan fungsi sistem kesehatan; tindakan dan praktik pemangku kepentingan dalam sistem kesehatan; atau kondisi dan faktor yang berkaitan dengan pelaksanaan perubahan tertentu. Temuan utama dari penelitian mereka meliputi:

  • Penerapan Incident Command System (ICS): Menyoroti pentingnya ICS dalam mengelola keadaan darurat kesehatan seperti COVID-19, menekankan adaptasi sistem yang cepat, sosialisasi terminologi ICS, dan kesadaran pemangku kepentingan.
  • Memperkuat layanan kesehatan penyakit tidak menular (PTM): Penggunaan teknologi secara strategis dalam pemberian layanan PTM akan meningkatkan layanan kesehatan primer, sehingga memerlukan peningkatan investasi pada informasi kesehatan dan keterampilan digital.
  • Surveilans kesehatan digital: Mengidentifikasi kebutuhan akan pusat inovasi teknologi dan forum yang mempertemukan pengembang dan pengguna.
  • Surveilans berbasis masyarakat (CBS): Memanfaatkan sistem CBS di Indonesia untuk menanggulangi penyakit yang ditularkan melalui udara, menekankan pada peningkatan kapasitas kader, pelembagaan, koordinasi, dan integrasi.

Dr. dr. I Nyoman Sutarsa dari Program Studi Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana menyampaikan dampak pandemi terhadap layanan penyakit tidak menular berbasis platform daring. Kredit: WHO

Temuan-temuan dari tinjauan cepat ini dibahas dalam pertemuan pemantauan tinjauan intra-aksi (IAR) respons COVID-19 ke-8 pada 21-24 Juni 2023 di Jakarta. Temuan-temuan ini memperkaya dan memperkuat diskusi selama pertemuan IAR, memanfaatkan pembelajaran yang diperoleh dari bukti penelitian serta berbagai pilar respons dan kesiapsiagaan COVID-19. Jaringan para ahli akan terus memberikan dukungan agar bukti penelitian dapat digunakan secara lebih efisien dan efektif untuk meningkatkan pembuatan kebijakan berbasis bukti. Selain itu, WHO akan mendukung Indonesia dengan pengembangan dan pembentukan dewan penelitian serta mempercepat pembentukan basis data penelitian untuk meningkatkan penggunaan bukti. Langkah-langkah tersebut akan meningkatkan respons Indonesia terhadap COVID-19 dan meletakkan dasar bagi sistem kesehatan yang lebih tangguh di Indonesia.

Kegiatan ini didukung oleh Pemerintah Australia dan Uni Eropa.

Ditulis oleh Maria Intan Josi, National Health Research System Strengthening, WHO Indonesia