WHO/Fauzan Ijazah
Fahrezi (tengah) menerima dua tetes imunisasi nOPV2 dari ibunya, Devi Kaweini, di SDN Tingkem Bener Meriah. Devi membawa putranya ke sekolah untuk menunjukkan bahwa imunisasi itu aman.
© Credits

Memimpin Sebagai Teladan: Cara Tenaga Kesehatan Menjadi Pejuang Imunisasi

27 April 2023
Reading time:

Dalam perang melawan polio, kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi merupakan faktor yang sangat penting. Sayangnya, rumor dan kabar bohong mengikis kepercayaan terhadap imunisasi. Namun, petugas kesehatan di Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh, telah mengambil tindakan sendiri dengan menjadi pejuang imunisasi, dan kisah mereka sungguh menginspirasi.

Fahrezi (3) mengikuti ibunya. Devi Kaweini, bidan Puskesmas Simpang Tiga, ke SDN Tingkem hari itu. Devi mengajaknya untuk mendorong siswa agar tidak takut dengan imunisasi polio. "Ibuku membawaku ke sini untuk menunjukkan bahwa imunisasi itu sehat dan manis," kata Fahrezi.

Di Kabupaten Bener Meriah, petugas kesehatan membawa anaknya ke sekolah untuk menunjukkan amannya imunisasi novel poliomielitis oral tipe 2 (nOPV2) kepada orang tua, guru, dan murid. Kehadiran anak-anak ini mendorong siswa dan orang tua lainnya untuk mendapatkan imunisasi, serta meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap imunisasi.

“Kekhawatiran utama dalam imunisasi adalah kepercayaan masyarakat,” ujar Koordinator Imunisasi Puskesmas Simpang Tiga, Hasmikaini. Seperti daerah lain di Aceh, dia menghadapi keragu-raguan orang tua terkait imunisasi. Pada 2018, seorang anak meninggal setelah imunisasi campak di Aceh, dan meskipun rumor tersebut berulang kali diklarifikasi oleh Dinas Kesehatan Provinsi Aceh, cerita tersebut menyebar ke seluruh provinsi.

Lebih buruk lagi, beberapa pegawai negeri, anggota legislatif, dan tenaga kesehatan ragu-ragu untuk mengimunisasi anak-anak mereka, sehingga semakin sulit meyakinkan orang tua untuk mengimunisasi anak-anak mereka. Banyak dari anak-anak ini adalah siswa SDN Tingkem.

“Masyarakat melihat mereka sebagai panutan, dan semakin sulit meyakinkan orang tua untuk melakukan imunisasi ketika mereka melihat aparatur sipil negara juga enggan melakukannya,” ucap Hasmikaini. Maka mereka berdiskusi dengan Kepala Puskesmas, dan muncullah ide untuk membawa anak-anak mereka ke sesi imunisasi.

Mereka menyikapi rumor tersebut dengan tindakan membawa anak-anak sendiri ke sesi imunisasi. Strategi ini membuktikan imunisasi itu aman dan efektif.

Cara tersebut berhasil menurunkan keragu-raguan orang tua di SDN Tingkem, sehingga cakupan sekolah mencapai 100%. Hal ini berkontribusi pada tingkat cakupan 103,7% di kabupaten tersebut, tertinggi di provinsi Aceh untuk putaran pertama. Kesuksesan berlanjut di putaran kedua, dengan tingkat cakupan 96% di Kabupaten Bener Meriah.

Budi, petugas imunisasi dari Puskesmas Simpang Tiga, memberikan dua tetes imunisasi noPV2 kepada seorang siswa di SDN Tingkem, Kabupaten Bener Meriah. Kabupaten tersebut mencapai cakupan imunisasi tertinggi di Provinsi Aceh pada putaran pertama sub-Pekan Imunisasi Nasional. WHO/Fauzan Ijazah

Para guru di SDN Tingkem memuji strategi tersebut karena sangat efektif. Mursalawati, Kepala Sekolah, berkata, "Cerita tentang tindakan ini tersebar di kalangan orang tua, dan mereka setuju untuk membiarkan anak-anak mereka diimunisasi di sekolah."

Semua anak di sekolahnya diimunisasi, dan ceritanya dibagikan melalui grup WhatsApp kepala sekolah, yang membagikannya ke kepala sekolah lain dan membantu memberi pengarahan kepada orang tua tentang imunisasi.

Melancarkan imunisasi di sekolah dan Posyandu merupakan prioritas pelaksanaan imunisasi di Kabupaten Bener Meriah. Sasaran imunisasi di tiap sekolah bisa mencapai 600 orang, sehingga mempermudah penjangkauan sasaran. Tenaga kesehatan menyebarkan cerita tersebut sebagai inspirasi bagi Puskesmas dan sekolah lain.

Berkat tenaga kesehatan di Bener Meriah yang bersedia bekerja ekstra agar diterima masyarakat, pekerjaan mereka meningkatkan standar cara tenaga kesehatan dalam mendukung kesehatan masyarakat. Kepercayaan pun diperoleh, dan anak-anak di Bener Meriah yang menerima imunisasi nOPV2 kini memiliki perlindungan yang lebih baik terhadap virus polio tipe 2. Kisah ini menunjukkan kekuatan memimpin dengan menunjukkan teladan, sehingga berdampak pada masyarakat.

WHO berterima kasih atas kontribusi finansial GAVI, USAID, dan CDC AS terhadap penanggulangan Kejadian Luar Biasa (KLB) polio di Aceh.

Ditulis oleh Salman Nursiwan