Revitalisasi Imunisasi di Sumatera Selatan: Mengatasi Tantangan dan Bergerak Maju

18 October 2023
Highlights
Reading time:

Pandemi COVID-19 merupakan tantangan bagi upaya imunisasi rutin dan surveilans di Sumatera Selatan, yang  mengakibatkan penurunan cakupan tahunan imunisasi dasar lengkap bayi dari 99,4% pada 2019 menjadi 88% pada 2021. Pergantian tenaga kerja yang tinggi dan kesenjangan informasi menimbulkan hambatan tambahan terhadap layanan imunisasi.

Untuk membalikkan keadaan, Sumatra Selatan fokus pada peningkatan kapasitas, program pelatihan komprehensif, dan pendekatan inovatif untuk berbagi informasi. Meskipun beberapa Puskesmas telah menunjukkan kemajuan, pemberian bantuan teknis dan pemantauan terhadap fasilitas yang mengalami kesulitan sangatlah penting.

Peningkatan kemampuan dan pengetahuan para staf imunisasi akan berkontribusi menurunkan jumlah anak yang tidak diimunisasi, serta memperkuat layanan imunisasi untuk mencegah Kejadian Luar Biasa penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Kredit: Dinkes Ogan Ilir/Putri

Untuk mendukung upaya Sumatra Selatan, seorang Vaccination Technical Officer dari WHO ditempatkan di provinsi tersebut sejak Desember 2022. Ia memberikan bantuan teknis, termasuk pelatihan tenaga kesehatan, menyelenggarakan pertemuan advokasi lintas sektoral, dan melakukan kunjungan pengawasan ke Puskesmas dan Posyandu. Program pelatihan ini disesuaikan dengan kebutuhan khusus staf imunisasi dan petugas Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hal ini mencakup berbagai aspek, seperti pencatatan dan analisis data, praktik baik, dan strategi untuk mengatasi tantangan lapangan.

Salah satu praktik baik yang disoroti selama sesi pelatihan adalah pendekatan inovatif Puskesmas Indralaya di Kabupaten Ogan Ilir. Untuk mendorong orang tua atau pengasuh membawa anaknya mendapatkan imunisasi, Puskesmas Indralaya memberikan sertifikat kepada anak di bawah usia 2 tahun yang telah mendapatkan imunisasi lengkap. Strategi sederhana namun efektif ini telah menarik perhatian Puskesmas lain sehingga memicu minat untuk mengadopsi praktik ini, meskipun akan memerlukan persiapan anggaran.

Untuk mendorong lebih banyak orang tua atau pengasuh membawa anaknya untuk imunisasi, Puskesmas Indralaya memberikan sertifikat kepada anak berusia di bawah 2 tahun yang telah mendapatkan imunisasi lengkap. Kredit: WHO/Stella Benita

Pentingnya pertemuan advokasi lintas sektoral dalam menanggapi wabah penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi di provinsi ini tak dapat dipungkiri. Pada Juni 2023, ketika Kabupaten Ogan Komering Ilir melaporkan kasus difteri, WHO memfasilitasi pertemuan advokasi. Pertemuan ini dihadiri Camat Pematang Panggang II, kepala desa, kepala sekolah, guru, dan petugas Puskesmas untuk berbagi informasi dan memastikan keterlibatan semua pihak dalam mendukung respons terhadap Kejadian Luar Biasa (KLB) dan imunisasi rutin. Melalui diskusi terbuka dan penekanan bahwa difteri menular namun dapat diobati, kesalahpahaman dapat dihilangkan, kapasitas staf Puskesmas dan Dinas Kesehatan Kabupaten (Dinkes) ditingkatkan, dan ketakutan masyarakat terhadap penularan berkurang. Pendekatan kolaboratif ini menumbuhkan rasa kebersamaan dan pengertian ketika anak yang terinfeksi kembali ke lingkungan yang ramah.

Untuk menjamin kualitas program imunisasi, WHO juga mendukung Dinas Kesehatan Provinsi dan Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam melakukan kunjungan supervisi ke Puskesmas dan Posyandu dan memberikan pelatihan kerja bagi staf imunisasi. Hal ini mengatasi kesenjangan informasi akibat tingginya pergantian staf dan proses serah terima yang belum memadai. Dalam kunjungan tersebut, pelatih memberikan masukan dan berdiskusi dengan peserta untuk mencari solusi bagi tantangan yang ditemukan di lapangan.

Misalnya, dalam salah satu kunjungan tersebut, staf Puskesmas menyebutkan kesulitan dalam mengidentifikasi anak-anak di bawah usia 5 tahun yang memerlukan imunisasi kejar. Banyak anak rutin mengunjungi Posyandu, namun karena kesalahpahaman kader kesehatan dan orang tua, mereka tidak mencapai meja layanan terakhir di mana staf Puskesmas dapat melakukan skrining dan imunisasi. Setelah berdiskusi selama kunjungan, staf Puskesmas memutuskan mengarahkan semua anak yang mengunjungi Posyandu ke meja layanan terakhir. Di sini, staf Puskesmas akan meninjau buku Kesehatan Ibu dan Anak milik tiap anak untuk menentukan kebutuhan mereka akan imunisasi kejar.

Tantangan lainnya adalah kesenjangan yang signifikan antara data pencatatan imunisasi anak secara manual dan pencatatan digital Aplikasi Sehat Indonesiaku (ASIK). ASIK memungkinkan petugas kesehatan dan kader kesehatan dengan cepat dan sistematis memasukkan data terkini, memfasilitasi pemantauan tingkat cakupan imunisasi secara real-time oleh pembuat Kebijakan, dan mengidentifikasi kesenjangan dalam upaya imunisasi untuk tindakan perbaikan guna memastikan semua anak terjangkau. Namun, tidak semua petugas dan kader kesehatan memahami cara pencatatan data di ASIK. WHO membantu meningkatkan kapasitas mereka dalam menggunakan ASIK melalui pelatihan, sehingga kesenjangan pelaporan dapat dikurangi. Pada Mei 2023, terdapat kesenjangan data sebesar 23%, dengan 42.350 anak dicatat secara manual dibandingkan dengan 5.425 anak di ASIK. Pada September 2023, kesenjangan ini menurun menjadi 15%.

Berkat beragam intervensi tersebut, Sumatra Selatan berhasil meningkatkan cakupan imunisasi lengkap lebih dari dua kali lipat dari 42.350 anak (27%) pada Januari-Mei 2023 menjadi 95.138 anak (60%) pada Januari-September 2023.

“Cakupan imunisasi yang tinggi dan merata sangat penting untuk mencegah KLB penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi di Sumatra Selatan. Pemantauan kegiatan yang berkelanjutan dan peningkatan kapasitas sangat penting bagi seluruh petugas imunisasi untuk meningkatkan imunisasi rutin di provinsi ini,” kata Ferry Yanuar, Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Sumatra Selatan.

Upaya kolaboratif dan dukungan WHO berperan penting dalam memperkuat program imunisasi rutin, mengatasi tantangan, dan memastikan pemberian layanan yang efisien. Bantuan WHO telah membantu mengatasi masalah ketenagakerjaan di provinsi tersebut, sehingga berkontribusi memperkuat sistem kesehatan. Dengan melanjutkan peningkatan ini, Sumatra Selatan dapat mencapai cakupan imunisasi yang tinggi dan merata, sehingga pada akhirnya meningkatkan kesehatan masyarakat di wilayah tersebut.

Sumatra Selatan menargetkan seluruh anak mendapat imunisasi lengkap pada akhir 2023. Untuk mencapai tujuan tersebut, Dinas Kesehatan Provinsi telah meminta WHO untuk terus memberikan dukungan, dan WHO siap memberikan bantuan teknis dalam kegiatan mendatang seperti pelatihan dan analisis data.


Kegiatan ini didukung oleh Pemerintah Australia melalui Vaccine Access and Regional Health Security Initiative (VAHSI).

Ditulis oleh dr. Stella Benita, Vaccination Technical Officer, WHO Indonesia.