Getty
Seorang siswi menerima imunisasi untuk melindungi anak-anak dari penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin. Penggerak kesehatan lokal membangun kepercayaan agar lebih banyak keluarga yakin terhadap imunisasi.
© Credits

Penggerak sebagai Pemimpin: Membangun Kepercayaan melalui Satu demi Satu Percakapan

1 April 2025
Feature story

Di Indonesia, keberhasilan imunisasi tidak hanya bergantung pada kebijakan dan program pemerintah tetapi juga pada kerja nyata individu-individu yang mengabdikan diri di masyarakat. Dari desa-desa terpencil hingga kota-kota besar, tanpa banyak sorotan para penggerak lokal mengubah keraguan menjadi ketangguhan, memastikan anak-anak mendapat vaksin yang dapat menyelamatkan nyawa mereka, dan membangun keyakinan masyarakat terhadap sistem kesehatan. 

Kisah Ibu Jubelina Tokoro dari Kabupaten Jayapura, Papua, dan Ibu Isnaini Desy Arisandy dari Palembang, Sumatra Selatan, memberikan gambaran bagaimana kepemimpinan masyarakat membangun komunitas yang lebih sehat.

Di Kampung Bambar, Kabupaten Jayapura, Jubelina Tokoro memulai harinya sebelum matahari terbit . Beliau menjalankan perannya sebagai kader Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga—atau TP-PKK—dengan penuh tanggung jawab. Bersama sembilan kader lainnya, Jubelina menjadi jembatan antara layanan kesehatan masyarakat  dan komunitas.  


Jubelina Tokoro terlibat dalam pelayanan imunisasi di Kampung Bambar, Kabupaten Jayapura. (WHO/Ariful) 

Kesibukannya memuncak setiap awal bulan,  ia mulai menelepon orang tua sejak pagi untuk mengingatkan mereka agar membawa anak-anak ke pos pelayanan terpadu (posyandu) setempat.

Setibanya di posyandu, Jubelina menyambut keluarga dengan senyum hangat. Ia dengan cermat memeriksa buku kesehatan ibu dan anak, mengukur tinggi dan berat badan anak, serta menjelaskan proses imunisasi kepada orang tua. 

Namun, ia juga meluangkan waktu untuk berbincang, berbagi saran praktis tentang pemenuhan gizi, kebersihan, dan pengasuhan anak agar orang tua dapat terus menjaga kesehatan anak mereka setelah kunjungan ini. 

Tidak semua keluarga langsung menerima imunisasi dengan tangan terbuka. Misinformasi dan rasa takut terhadap vaksin membuat sebagian orang tua ragu mengimunisasi anak-anaknya. Saat itulah Jubelina menindaklanjuti keluarga yang melewatkan jadwal imunisasi, baik melalui panggilan telepon maupun kunjungan langsung untuk memberikan penjelasan. Sebagai sosok yang dikenal dan dipercaya di komunitas, suaranya memiliki pengaruh besar.

Ribuan kilometer dari Kabupaten Jayapura, di Palembang, Sumatra Selatan, Ibu Isnaini Desy Arisandy menghadapi tantangan serupa, tetapi dalam skala yang lebih besar di lingkungan perkotaan.

Sebagai koordinator imunisasi di Puskesmas Kenten, ia melihat sendiri bagaimana keraguan terhadap vaksin dapat menyebar luas. Selama  Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada November 2024, lebih dari separuh orang tua di salah satu sekolah menolak memberikan izin imunisasi bagi anak-anak mereka.

Rumor dan kesalahpahaman  sering  disebarkan melalui media sosial— sehingga menambah rasa takut untuk mendapatkan imunisasi.

Ibu Isnaini tahu bahwa data dan fakta saja tidak cukup. Kepercayaan harus dibangun. Ia bekerja erat dengan pihak sekolah, menjalin komunikasi secara rutin dan berdiskusi tentang imunisasi. Lambat laun, staf sekolah—yang awalnya juga ragu—berubah dan turut membantu menyebarkan pesan positif dan menenangkan kekhawatiran orang tua.


Interaksi dengan staf sekolah MI Adabiyah 1 saat pendampingan BIAS, Kota Palembang, Provinsi Sumatra Selatan. (WHO/Javvad) 

Pendekatan Ibu Isnaini dilandaskan prinsip yang sama dengan yang diterapkan Jubelina: orang cenderung lebih menerima pesan yang datang dari sosok yang mereka kenal dan percaya. 

Kedua perempuan ini juga memahami pentingnya teknologi agar tetap terhubung. Di Kampung Bambar, Jubelina dan rekan-rekan kadernya menggunakan grup WhatsApp untuk menginformasikan jadwal imunisasi dan menjawab pertanyaan orang tua. Di Palembang, Ibu Isnaini memanfaatkan media sosial, membuat konten yang disesuaikan untuk menangkal penyimpangan informasi dan berdiskusi. 

Pengalaman mereka menjadi pelajaran berharga untuk strategi imunisasi Indonesia secara lebih luas. Mengidentifikasi dan mendukung para penggerak lokal—baik kader TP-PKK di desa terpencil maupun koordinator kesehatan di kota—dapat menjadikan kepercayaan dan penerimaan masyarakat semakin meluas.

Dengan terus berjalannya kerja sama antara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia dan Badan Kesehatan Dunia untuk mencegah penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi, memperkuat upaya berbasis masyarakat  seperti ini akan  sangat penting untuk menjangkau setiap anak. 

Pada akhirnya, Ibu Jubelina Tokoro dan Ibu Isnaini Desy Arisandy menunjukkan bahwa perubahan terjadi melalui komunikasi pada satu waktu di satu keluarga.


Ditulis oleh Ariful Islam dan Javvad Suri, konsultan internasional untuk respons kejadian luar biasa polio, WHO Indonesia