Dinkes Indragiri Hilir/Ely
Tenaga kesehatan Puskesmas, kader kesehatan, dan pengemudi perahu harus melewati medan yang sulit untuk mencapai masyarakat target imunisasi polio di Kabupaten Indragiri Hilir, Riau.
© Credits

Memimpin Dari Garis Depan: Mengatasi Kejadian Luar Biasa Penyakit dan Tantangan Imunisasi di Indonesia

10 January 2024
Highlights
Reading time:
Kejadian Luar Biasa (KLB) berbagai penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) di sejumlah kabupaten/kota dan provinsi di Indonesia pada tahun 2023 menimbulkan banyak tantangan bagi otoritas kesehatan. Sebagai contoh, Provinsi Sumatra Utara kesulitan mencapai sasaran cakupan imunisasi dan, terutama di daerah-daerah yang berdekatan dengan Provinsi Aceh, risiko penyebaran polio yang meningkat. Keengganan orang tua untuk mengimunisasi anak-anaknya di Sumatra Barat dan Riau memberikan tantangan-tantangan tersendiri dalam sub-Pekan Imunisasi Nasional (sub-PIN) polio. Di Riau, terdapat hambatan-hambatan lain seperti keraguan tenaga kesehatan untuk memberikan beberapa imunisasi pada waktu bersamaan (imunisasi ganda) dan kurangnya komitmen dari pimpinan provinsi. Di beberapa provinsi seperti Papua Selatan yang mengalami KLB campak, keamanan dan keterbatasan anggaran menjadi tantangan utamanya. 

Untuk mengatasi tantangan yang berbeda-beda ini, WHO bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dinas kesehatan (dinkes) provinsi, dinkes kabupaten/kota, dan puskesmas.


Bidan desa mengimunisasi balita (usia 0–59 bulan) sebagai bagian dari respons Kejadian Luar Biasa polio di Indonesia. Melalui serangkaian sesi pembagian informasi yang didukung oleh WHO, banyak bidan menjadi percaya diri memberikan layanan imunisasi. Kredit: WHO/Stella Benita

Di Medan, Sumatra Utara, WHO bekerja sama dengan dinkes kota dan puskesmas untuk melakukan kunjungan dari rumah ke rumah sebagai bagian dari sub-PIN polio. Mereka juga berkoordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan seperti pemerintah daerah, kader kesehatan, Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (PKK), pihak swasta, dan tenaga kesehatan untuk meningkatkan penerimaan masyarakat. Kolaborasi ini banyak membantu peningkatan cakupan imunisasi polio, menjadi 96,5% di kota tersebut, yang berarti 161.019 anak terlindungi dan menjadi contoh bagi daerah-daerah lain yang menghadapi tantangan serupa. Di Kecamatan Besitang, Kabupaten Langkat, yang berbatasan dengan Provinsi Aceh, Dinkes Kabupaten Langkat dan WHO melakukan kunjungan pemantauan ke puskesmas, untuk menggalang dukungan bagi sub-PIN polio dan meningkatkan kepercayaan diri tenaga kesehatan dan kader kesehatan. Pada akhir sub-PIN di bulan Mei 2023, Kabupaten Langkat mencatat cakupan imunisasi polio dengan dosis pertama yang mengesankan, yaitu 100% dari sasaran 88.409 anak, dan 95,3% untuk dosis kedua.

Eni Purwanti, seorang petugas imunisasi Dinkes Kabupaten Langkat, menyampaikan ucapan terima kasih atas dukungan WHO di Besitang: “Kolaborasi sangat penting untuk mendorong cakupan imunisasi polio di Langkat, terutama mengingat jarak yang dekat dengan Aceh dan pentingnya mencegah penyebaran polio.”

Di Kota Bukittinggi, Sumatra Barat, cakupan imunisasi yang rendah mendorong dijalankannya intervensi strategis berupa membangun rasa percaya dan pemahaman berbagai komunitas. Pertemuan advokasi yang diadakan oleh Kemenkes, WHO, dan UNICEF menggandeng dinas pendidikan, agama, dan sosial serta tokoh masyarakat untuk mengatasi keraguan dan penolakan. Inisiatif-inisiatif strategis seperti kolaborasi di tingkat desa, upaya aktif mencari anak yang belum diimunisasi (sweeping), dan pembukaan pos-pos imunisasi di tempat umum dijalankan. Keterlibatan tokoh masyarakat dalam meningkatkan kesadaran serta mengedukasi masyarakat terbukti sangat penting. Dukungan WHO berkontribusi pada keberhasilan Bukittinggi dalam meningkatkan cakupan imunisasi polio sebesar hingga tiga kali lipat, melindungi 14.742 anak di kota tersebut.


Penandatanganan komitmen oleh WHO dan pimpinan dinkes di Provinsi Riau. Kredit: WHO/Yurniati

Pertemuan-pertemuan koordinasi juga membantu membangun dukungan di Kabupaten Boven Digoel, Papua Selatan. Setelah diyakinkan bahwa respons imunisasi KLB yang memadai harus didukung dengan anggaran yang cukup, pemerintah kabupaten mengalokasikan 1 miliar rupiah untuk kampanye imunisasi campak. Pimpinan TNI/Polri  mendukung dalam meredakan permasalahan keamanan dan menerjunkan anggotanya untuk mendampingi kegiatan imunisasi di kabupaten tersebut. Kampanye imunisasi rampung pada Juli 2023 dan melebihi sasarannya sebesar 4.347, dengan menjangkau 4.875 anak atau 112% sasaran. Untuk memastikan komitmen tingkat tinggi di Riau, pertemuan koordinasi lintas sektor yang melibatkan sekretaris daerah, perwakilan kabupaten/kota, TNI/Polri, dan tenaga kesehatan sangat diperlukan. Kemenkes, Dinkes Provinsi Riau, dan WHO aktif melibatkan peserta dengan memberikan informasi lengkap tentang situasi polio global dan mendesaknya respons KLB. Dinding komitmen, surat edaran, dan video dari pemimpin-pemimpin daerah menunjukkan komitmen bersama untuk upaya imunisasi, sehingga provinsi ini berhasil melindungi 709.751 anak terhadap virus polio pada Mei 2023.

Cerita-cerita dari seluruh kepulauan menekankan pentingnya kolaborasi, komitmen, dan respons cepat dalam upaya melawan penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi. Komitmen yang ditunjukkan di semua tingkat tidak hanya mencerminkan pentingnya segera membasmi penyakit-penyakit ini tetapi juga tujuan lebih luas melindungi kesehatan dan masa depan anak-anak Indonesia. WHO akan terus membantu Indonesia melangkah maju dalam tekadnya membangun masa depan yang lebih sehat bagi semua.

Didukung oleh pemerintah Australia dan Amerika Serikat melalui USAID

Ditulis oleh personel WHO Indonesia berikut:
Candora A Tambunan, Dedy Purwito, Dewi Ayu Kusumawardhani, I Gede Bayu Eka Putra Wibowo, Indreni Waridjo, Novi Anggraeni, dan Stella Benita, Vaccination Technical Officers; serta Olivi Silalahi, National Professional Officer for Routine Immunization