Kedaruratan

Kedaruratan

Mas Agung Wilis/NurPhoto via Getty Images
Erupsi Gunung Semeru menumpahkan lava dan abu panas yang menewaskan setidaknya 48 orang dan melukai puluhan lainnya di desa-desa di kaki gunung tersebut di Lumajang, Jawa Timur, pada 4 Desember 2021.
© Credits

WHO berkomitmen menyelamatkan nyawa dan melindungi kesehatan dalam masa krisis – baik yang disebabkan wabah, konflik, maupun bencana.

Program Kedaruratan Kesehatan WHO memanfaatkan keahlian dan sumber daya dari tiga tingkatan WHO – kantor negara, kantor regional, dan kantor pusat – untuk membantu Negara Anggota membangun kapasitas yang diperlukan untuk mempersiapkan, mencegah, merespons, dan memulihkan diri dari semua bahaya yang menciptakan kedaruratan kesehatan. Ketika kapasitas nasional kewalahan, WHO bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan para mitra untuk memimpin dan mengoordinasikan respons kesehatan internasional.

Memperkuat Ketahanan Kesehatan di Indonesia

Program Kedaruratan Kesehatan WHO bermitra dengan Pemerintah Indonesia untuk membangun pertahanan yang tangguh terhadap ancaman kesehatan masyarakat. WHO memperkuat kemampuan Indonesia untuk mendeteksi, menilai, serta merespons penyakit menular, zoonosis, bencana, dan risiko kesehatan yang muncul. Penguatan ini dilakukan melalui intervensi terarah yang memberikan hasil terukur.

Pendekatan strategis kami berpusat pada tiga bidang utama: mengaktifkan rencana kontingensi nasional untuk respons darurat yang cepat, meningkatkan sistem surveilans untuk mendeteksi ancaman sejak dini, dan meningkatkan kapabilitas Pusat Operasi Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (PHEOC) untuk koordinasi secara langsung (real-time). Kami berinvestasi dan mendukung pengembangan jaringan laboratorium, tenaga kesehatan terampil, dan kemitraan multisektoral yang menghadirkan mekanisme respons yang lebih efisien. Secara berkelanjutan, WHO juga mendukung upaya peningkatan kapasitas.

Investasi dalam kapasitas kesiapsiagaan, respons, dan pemulihan darurat kesehatan ini memastikan Indonesia dapat mengidentifikasi ancaman kesehatan lebih cepat, memobilisasi sumber daya secara lebih efektif, serta memelihara sistem kesehatan tangguh yang melindungi masyarakat dari keadaan darurat saat ini dan pada masa mendatang.

Tautan Terkait

Kedaruratan Sebelumnya

Tanya-Jawab

Bagaimana Cara Terhindar dari Flu?

25 January 2017 | Questions and answers

Influenza musiman, atau “flu”, paling umum disebabkan virus influenza tipe A atau B. Gejalanya meliputi demam tiba-tiba, batuk (umumnya batuk ringan), sakit kepala, nyeri otot atau sendi, sakit tenggorokan, dan pilek. Batuk dapat bersifat berat dan terjadi selama dua minggu atau lebih. Demam dan gejala pada sebagian besar orang akan sembuh dalam waktu satu minggu tanpa diobati. Namun, influenza dapat menyebabkan penyakit berat atau kematian pada kelompok-kelompok berisiko tinggi (lihat bagian Siapa yang paling berisiko? di bawah).

Wabah musiman terjadi terutama pada musim dingin, yaitu dari bulan Oktober hingga Maret di belahan bumi utara dan dari April hingga September di belahan bumi selatan. Di negara-negara tropis dan subtropis, influenza musiman dapat terjadi sepanjang tahun.

 

Cara terbaik untuk terhindar dari flu adalah mendapatkan vaksin flu setiap tahun. Virus influenza terus berkembang, dan WHO memberikan dua rekomendasi setiap tahun untuk memutakhirkan komposisi vaksin. Untuk musim influenza belahan bumi utara tahun 2016–2017, formulasi vaksin dimutakhirkan pada Februari 2016 dengan dua virus tipe A (H1N1 dan H3N2) dan satu virus tipe B.

WHO merekomendasikan imunisasi tahunan untuk kelompok-kelompok berisiko tinggi, yang meliputi antara lain tenaga kesehatan. Idealnya, orang-orang diimunisasi sebelum musim influenza mulai demi mendapatkan cakupan yang paling efektif, tetapi imunisasi selama musim influenza masih dapat membantu mencegah infeksi flu.

 

Orang-orang yang paling berisiko mengalami influenza musiman berat adalah:

  • ibu hamil pada trimester kehamilan berapa pun;
  • anak di bawah lima tahun;
  • orang berusia di atas 65 tahun;
  • orang dengan kondisi kesehatan kronis seperti HIV/AIDS, asma, penyakit jantung, penyakit paru, dan diabetes; serta
  • orang yang lebih berisiko mengalami paparan pada influenza, seperti tenaga kesehatan.

Orang yang mengalami flu perlu banyak minum dan beristirahat. Sebagian besar orang akan sembuh dalam waktu satu minggu. Obat antivirus untuk influenza dapat meringankan komplikasi-komplikasi berat dan mengurangi jumlah kematian, meskipun virus influenza juga dapat menjadi kebal terhadap obat-obat tersebut. Obat-obat ini semakin penting bagi kelompok-kelompok berisiko tinggi. Idealnya, obat ini diberikan segera (dalam waktu 48 jam sejak gejala mulai muncul). Antibiotik tidak efektif melawan virus influenza.

 

Influenza dapat menyebar dengan cepat dari orang ke orang melalui batuk atau bersin, di mana percikan cairan (droplet) yang mengandung virus tersebar ke udara. Flu juga dapat menular melalui tangan yang terkontaminasi virus.

Langkah-langkah kewaspadaan perlu diambil untuk membatasi penyebaran flu. Orang-orang perlu menutup mulut dan hidungnya dengan tisu saat batuk, kemudian membuang tisu tersebut, serta sering mencuci tangan dengan bersih.

 

Wabah influenza musiman disebabkan oleh perubahan-perubahan kecil pada virus yang memang sudah menyebar. Banyak orang sudah memiliki kekebalan terhadap virus-virus tersebut.

Di sisi lain, pandemi terjadi akibat munculnya virus influenza yang begitu berbeda dari bentuk-bentuk (galur atau strain) sebelumnya pada manusia sehingga sebagian besar orang tidak memiliki kekebalan terhadap virus tersebut. Dengan demikian, bentuk virus ini dapat menyebar dengan mudah dari orang ke orang.

Virus-virus influenza musiman dapat turut menyebabkan kemunculan virus pandemi, dan setelah suatu virus pandemi telah lama menyebar, seperti virus A(H1N1) yang menyebabkan pandemi pada 2009, virus tersebut dapat menjadi virus musiman. 

Lembar Fakta

Kedaruratan Terkini

Seseorang yang mengenakan pakaian pelindung dan masker sedang melakukan fogging di area luar ruangan untuk mengendalikan populasi nyamuk.

Dengue dan Dengue Berat

Selengkapnya
Ilustrasi virus Mpox

Mpox (monkeypox)

Selengkapnya
Seorang tenaga kesehatan memberikan imunisasi polio oral kepada murid SD.

KLB Polio

Selengkapnya

Berita dari Indonesia

Dokumen dan Laporan

Laporan triwulanan ini berfokus pada penyakit zoonosis dan penyakit infeksi baru (EID) dan keadaan darurat yang terjadi di Indonesia pada Juli-September...

Laporan triwulanan ini berfokus pada penyakit zoonosis dan penyakit infeksi baru (EID) dan keadaan darurat yang terjadi di Indonesia pada April-Juni 2025....

Laporan triwulanan ini berfokus pada penyakit zoonosis dan penyakit infeksi baru (EID) dan keadaan darurat yang terjadi di Indonesia pada Januari-Maret...

Sampul dan Daftar Isi Kompilasi Tanya-Jawab tentang COVID-19

Antara tahun 2020 dan 2022, WHO telah mengembangkan beberapa rangkaian pertanyaan dan jawaban tentang COVID-19 dan topik kesehatan terkait. Dokumen ini...

WHO/Resty Armis
Novi Sulistyaningrum dari Balai Besar Laboratorium Kesehatan Lingkungan Salatiga mewawancarai seorang penjual unggas, sementara koleganya Arif Nugroho mengambil sampel usap permukaan
© Credits

Wabah dan Kedaruratan di Kawasan Pasifik Barat

Surveilans Penyakit Kawasan